MAKALAH KONSEP KEBIDANAN
“ASUHAN
SELAMA PERSALINAN"
DOSEN PENGAMPU : IAN ROSSALIA
PRADITA PUTERI,SST,M.KES
Di Susun oleh :
Program Studi
: D3-Kebidanan
Kelas
: A 14.2
Kelompok
: IV (Empat)
Nama Nim
1.
Dewi Lestari : 17150048
2. Hacika
Sukawati : 17150062
3. Wijianti
: 17150064
4. Eva
Novianti : 17150068
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
RESPATI
YOGYAKARTA
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT ,karena berkat dan rahmatNya kami diberi kesehatan sehingga
makalah yang berjudul “Asuhan Selama Persalinan” dapat selesai dalam jangka
waktu yang telah di tentukan.
Makalah ini
disusun untuk memenuhi Tugas Kerja Kelompok yang akan dipersentasikan dalam
bentuk Power Point dengan mata kuliah Konsep
Kebidanan, dimana sumber materi di ambil dari buku yang relevan dan
berbagai referensi lainnya seperti dari media internet, guna menunjang
keakuratan materi yang nantinya akan digunakan.
Kami menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan
waktu dan kemampuan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun.
Akhir kata kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terutama
kepada Ibu Tutik Astuti, S.SiT,M.Kes dalam penyusunan makalah ini.
Yogyakarta, 11 September 2017
Kelompok
4
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.......................................................................................................1
KATA
PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR
ISI...................................................................................................................3
BAB
I PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG........................................................................................4
B.
RUMUSAN
MASALAH....................................................................................4
C.
TUJUAN............................................................................................................4
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Asuhan selama persalinan.................................................................................5
B.
Defenisi kompetensi bidan................................................................................5
C.
5 Dimensi
kompetensi – Asuhan Kebidanan....................................................5
D.
Pengetahuan
dasar.............................................................................................6
E.
Pengetahuan
tambahan....................................................................................10
F.
Keterampilan
dasar..........................................................................................11
BAB
III PENUTUP
A.
KESIMPULAN..............................................................................................16
B.
SARAN.........................................................................................................16
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................16
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Bidan merupakan asuhan
yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan,
memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawat daruratan
tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya baru lahir.
Kompetensi adalah
pengetahuan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktik kebidanan pada berbagai
tananan pelayanan kesehatan, secara aman, dan tanggung jawab sesuai dengan standar
dengan syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat (PP IBI, 2004). Kompetensi
tersebut dikelompokkan dalam dua kategori yang merupakan kompetensi minimal
yang mutlak diberikan oleh bidan persalin dan kompetensi tambahan/lanjutan yang
merupakan pengembangan dari pengetahuan dan keterampilan dasar untuk mendukung
tugas bidan dalam memenuhi perkembangan iptek (PP IBI, 1997). Mengacu pada
Permenkes 572 tahun 1996 tentang registrasi dan praktik bidan serta
memperhatikan kompetensi bidan yang di susun oleh ICM, pada Februari 1999,
disusun kompetensi bidan indonesia dan disahkan pada KONAS IBI XII di Denpasar
Bali.
Keselamatan dan
kesejahteraan ibu menyeluruh merupakan perhatian yang paling utama bagi bidan.
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan bertanggung jawab dan mempertanggung
jawabkan prakteknya.
B.
RUMUSAN
MASALAH
·
Apa yang dimaksud dengan kompetensi
Bidan ?
·
Apa saja isi dari kompetensi ke-4 Bidan
?
·
Apa saja
yang dibahas dalam Kompetensi ke-4 Bidan?
C.
TUJUAN
·
Mahasiswa
mampu memahami apa itu kompetensi ke-4 bidan
·
Untuk mengetahui pembahasan
mengenai kompetensi ke-4 Bidan
·
Untuk
mengetahui penerapan standar kompetensi bidan dalam praktik lahan kompetensi
ke-4 Bidan
BAB II PEMBAHASAN
“ASUHAN
SELAMA PERSALINAN”
Kompetensi
ke-4 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan
setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman,
menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk kesehatan wanita dan bayinya
yang baru lahir.
·
Definisi
Kompetensi Bidan
Yang dimaksud kompetensi bidan meliputi pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktik
kebidanan secara aman dan bertanggung jawab pada berbagai tatanan pelayanan
kesehatan. Kompetensi tersebut dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori yaitu
kompetensi inti/dasar merupakan kompetensi minimal yang mutlak dimiliki oleh
bidan, kompetensi tambahan/lanjutan merupakan pengembangan dari pengetahuan dan
keterampilan dasar untuk mendukung tugas bidan dalam memenuhi tuntutan atau
kebutuhan masyarakat yang sangat dinamis serta perkembangan IPTEK.
Kompetensi tersebut dibagi atas 2 kategori, yaitu :
1. Kompetensi Inti atau Dasar
Kompetensi minimal yang mutlak dimiliki oleh bidan.
2. Kompetensi Tambahan atau Lanjutan
Pengembangan dari pengetahuan dan keterampilan dasar untuk mendukung tugas
bidan dalam memenuhi tuntutan/kebutuhan masyarakat yang sangat dinamis serta
perkembangan IPTEK.
·
5 Dimensi kompetensi – Asuhan Kebidanan
1.Task Skill
Mampu melakukan/melaksanakan asuhan kebidanan pemeriksaan fisik ibu hamil
2.Task Management Skill
Mengidentifikasi secara dini pola persalinan abnormal &
kegawatdaruratan dengan intervensi sesuai SOP atau rujukan yang tepat
3.Contingency Management Skill
Mampu memimpin persalinan dalam kondisi bersih,aman & menangani situasi
kegawatdaruratan bersama tim kebidanan
4.Job/Role Environment Skill
Menangani K3.keadaan diruang bersalin pasca persalinan ibu,agar
tetap bersih dan tidak membahayakan dirinya& rekan sekerja
5.Transfer Skills
Memindahkan ibu nifas & bayi pasca persalinan keruang perawatan Ibu
& anak.
A. Pengetahuan dasar
1.
Fisiologi persalinan
Contoh
: Suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi yg dapat hidup, dari dalam uterus
melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar.
2. Anatomi tengkorak janin, diameter yg penting dan penunjuk.
Contoh : Anatomi tengkorak janin, diameter yang penting dan
penunjuk serta anatomi panggul ibu dan
ukuran-ukuran panggul serta pemeriksaan dalam. Pada proses persalinan
diperlukan 5 P untuk itu keadaan panggul ibu juga perlu dikatehui.
3. Aspek
psikologis dan kultural pada persalinan dan kelahiran.
Contoh
: Pertimbangan usia kehamilan ibu.
4. Indikator
tanda-tanda mulai persalinan.
Contoh : Melihat tanda dan gejala kala
2, menyiapkan pertolongan persalinan, memastikan pembukaan lengakap dengan
janin bayi, menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran,
persiapan pertolongan kelahiran bayi, menolongan kelahiran bayi, penangan bayi
baru lahir, menilai perdarahan, melakukan prosedur pasca persalinan, evaluasi.
5. Kemajuan
persalinan normal dan penggunaan partograf atau alat serupa.
Contoh : Untuk pencatatan kemajuan
persalinan seperti, pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah atau
presentasi janin, dan garis waspada dan garis bertindak.
6. Penilaian
kesejahteraan janin dalam masa persalinan.
Contoh : Perawatan awal, pemeriksaan
fisik, bebrapa hari pertama, pemberian makan, perkembangan fisik.
7. Penilaian
kesejahteraan ibu dalam masa persalinan.
Contoh : Dalam masa persalinan bidan
harus memberikan asuhan sayang kepada ibu.
8. Proses
penurunan janin melalui pelvic selama persalinan dan kelahiran.
Contoh : Saluran (kanal) pelvis yang
menjadi jalan janin selama persalinan terdiri dari pintu atas panggul, rongga
panggul, dan pintu bawah panggul.
9. Pengelolaan
dan penatalaksanaan persalinan dengan kehamilan normal dan ganda.
Contoh : Pengelolaan dan penatalaksanaan
persalinan dengan kehamilan normal Bidan memiliki kewenangan menolong
persalinan dengan kehamilan normal.
10. Pengelolaan
kenyamanan dalam persalinan, seperti kehadiran keluarga pendamping, pengaturan
posisi, hidrasi, dukungan moril, pengurangan nyeri tanpa obat
Contoh : Bidan sebagai pemberi pelayanan
harus memiliki kompetensi dalammemimpin persalinan dengan berbagai posisi dan
pengetahuan serta teknik pengurangan rasa nyeri tanpa obat.
11. Transisi
bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus.
Contoh : Membersihkan lendir dan benda –
benda lain dari mulut, hidung dan tenggorokan
bayi dengan alat penghisap,memotong
tali pusat , peeriksaan fisik bayi.
12. Pemenuhan
kebutuhan fisik bayi baru lahir meliputi pernapasan, kehangatan dan memberikan
ASI/PASI, eksklusif 6 bulan.
Contoh : Memenuhi kebutuhan gizi bayi
dan pemenuhan kebutuhan emosianal bayi baru lahir jika memungkinkan antara lain
kontak kulit langsung, kontak mata antar bayi dan ibunya, bila di mungkin kan
mendukung dan meningkatkan pemberi ASI ekslusif.
13. Pentingnya
pemenuhan kebutuhan emosional bayi baru lahir, jika memungkinkan antara lain
kontak kulit langsung, kontak mata antar bayi dan ibunya bila dimungkinkan.
Contoh : Pentingnya pemenuhan kebutuhan emosianal
bayi baru lahir jika memungkinkan antara lain kontak kulit langsung, kontak
mata antar bayi dan ibunya, bila di mungkin kan mendukung dan meningkatkan
pemberi asi ekslusif.
14. Mendukung
dan meningkatkan pemberian ASI eksklusif.
Contoh : Bayi yang mendapat asi, harus
di periksa secara dini dan secara rutin oleh dokter untuk memastikan bahwa pemberian
makanannya tercukupi.
15. Manajemen
fisiologi kala III.
Contoh : Pemberian suntikan oksitosin
dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat
terkendali, dan masase fundus uteri.
16. Memberikan
suntikan intra muskuler meliputi: uterotonika, antibiotika dan sedative.
Contoh : Mengetahui cara-cara pemberian
obat-obatan meliputi : uterotonika, antibiotika dan sedative. Terbatas pada
pengetahuan bukan pada keterampilan.Sesuai dengan permenkes no 149 tahun 2010
bahwa bidan hanya berwengan memberikan obat bebas, uterotonika untuk postpartum
dan manajemen aktif kala III.
17. Indikasi
tindakan kedaruratan kebidanan seperti: distosia bahu, asfiksia neonatal,
retensio plasenta, perdarahan karena
atonia uteri dan mengatasi renjatan.
Contoh : Distosia bahu:jika pada
pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang,harus diusahakan merubahnya
menjadi letak kepala dengan versi luar.Asfiksia neonatal:faktor-faktor yang
perlu diperhatikan adalah etiologi dan faktor predisposisi,gangguan
homeostatis,diagnosis asfiksia bayi,dan resusitasi.Perdarahan karena atonia
uteri:terjadi apabila kontraksi uterus lebih lemah,singkat dan jarang daripada
biasa.Apabila kepala atau bokong janin sudah masuk kedalam panggul,penderita
disuruh berjalan-jalan.
18. Indikasi
tindakan operatif pada persalinan misalnya gawat janin, CPD.
Contoh : Bedah sesar merupakan tindakan
medis yang sangat sering dilakukan dengan berbagai macam indikasi.Umumnya
indikasi ini berfarasi contohnya Cephalo Pelvic Disproportion (CPD),gawat
janin.
19. Indikator
komplikasi persalinan : perdarahan, partus macet, kelainan presentasi, eklamsia
kelelahan ibu, gawat janin, infeksi, ketuban pecah dini tanpa infeksi, distosia
karena inersia uteri primer, post term dan pre term serta tali pusat menumbung.
Contoh : Determinan proksi dipengaruhi
oleh determinan antara lain: kejadian kehamilan,komplikasi kehamilan dan
persalinan.
20.
Prinsip manajemen kala III secara
fisiologis.
Contoh
: Prinsip kala 3 : otot uterus ( miometrium ) berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini
menyebabkan berkuranganya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena perlekatan
semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan
terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas,
plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina
21.
Prinsip manajemen aktif kala III.
Contoh : Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama
setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali, dan masase
fundus uteri.
B.
Pengetahuan
tambahan
1.
Penatalaksanaan
persalinan dengan
malpresentasi
Contoh
: Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain vertex
sementara malposisi adalah posisi kepala janin relatif terhadap pelvis dengan
oksiput sebagai titik referensi, masalah; janin yang dalam keadaan
malpresentasi dan malposisi kemungkinan menyebabkan partus lama atau partus
macet. (Rukiyah. 2010)
- Pemberian suntikan anstesi local
Contoh
: Merupakan asuhan sayang ibu yang bertujuan untuk supaya
ibu tidak merasakan sakit pada saat proses penjahitan luka episiotomi.
- Akselerasi & induksi persalinan
Contoh
: Dilakukan dengan menggunakan oksitosin sintetis.
Induksi persalinan dan akselerasi persalinan dilakukan
dengan cara yang sama tapi dengan tujuan yang berbeda.
1. Induksi
Persalinan (induction of labour): merangsang uterus untuk mengawali proses
persalinan.
2. Akselerasi
Persalinan (augmented of labour) : merangsang uterus pada proses persalinan
untuk meningkatkan frekuensi – durasi dan kekuatan kontraksi uterus [HIS].
Pola persalinan yang BAIK adalah bila terdapat 3 HIS
dalam 10 menit dengan masing-masing HIS berlangsung sekitar 40 detik.
Bila selaput ketuban masih utuh, dianjurkan bahwa sebelum
melakukan induksi atau akselerasi persalinan terlebih dahulu dilakukan
Pemecahan Selaput Ketuban (ARM ~ Artificial Rupture of Membranes atau
amniotomi).
C.
Ketrampilan
dasar
1. Mengumpulkan
data yang terfokus pada riwayat kebidanan & tanda-tanda vital ibu pada
persalinan sekarang.
Contoh : Berisi semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
2. Melaksanakan
pemeriksaan fisik yang terfokus.
Contoh : Pemeriksaan tubuh untuk
menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu sistim atau suatu organ tubuh.
3. Melakukan
pemeriksaan abdomen secara lengkap untuk posisi & penurunan janin
Contoh : Pemeriksaan ini utamanya
bertujuan untuk menentukan posisi dan letak janin pada uterus,dapat juga berguna
untuk memastikan usia kehamilan ibu.
4. Mencatat
waktu & mengkaji kontraksi uterus (lama, kekuatan & frekuensi)
Contoh: Gunakan jarum detik yang ada
pada jam dinding atau jam tangan untuk memantau kontraksi uterus.Secara
hati-hati,letakkan tangan penolong diatas uterus dan palpasi jumlah kontraksi
yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit.Tentukan durasi atau lama setiap
kontraksi yang terjadi.Pada fase aktif,minimal terjadi dua kontraksi dalam 10
menit dan lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih.Diantara dua kontraksi akan
terjadi relaksasi dinding uterus.
5. Melakukan
pemeriksaan panggul (pemeriksaan dalam) secara lengkap & akurat meliputi
pembukaan penurunan, bagian terendah, presentasi, posisi keadaan ketuban, &
proporsi panggul dengan bayi
Contoh : Melakukan pemeriksaan secara
lengkap dan akurat meliputi pembukaan dan pendataran/penipisan serviks,
penurunan, bagian terendah, presentasi, posisi, keadaan ketuban.
6. Melakukan
pemantauan kemajuan persalinan dengan parthograf
Contoh : Pembukaan serviks, penurunan
bagian terbawah atau presentasi janin, garis waspada dan garis bertindak.
7. Memberikan
dukungan psikologis bagi wanita dan keluarganya
Contoh : Memberikan motifasi ketika
diketahui bayi memiliki cacat pada anggota badannya
8. Memberikan
cairan, nutrisi, dan kenyamanan yang kuat selama persalinan.
Contoh : Memberikan minum pada saat
persalinan ketika ibu mengalami kelelahan pada saat mengejan.
9. Mengidentifikasi
secara dini kemungkinan pola [ersalinan abnormal dan kegawatdaruratan dengan
intervensi yang sesuai dan atau melakukan rujukan dengan tepat waktu.
Contoh : Pada saat postpartum,ibu
mengalami pendarahan hebat sebaiknya langsung dirujuk ke Rumah Sakit yang
memiliki fasilitas yang lebih memadai.
10. Melakukan
amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm sesuai dengan kebutuhan.
Contoh : Melakukan amniotomi pada
pembukaan serviks sudah lengkap atau hampir lengkap dan kepala sudah engaged.
(sesuai indikasi/pada inersia hipotonik). Untuk mencegah infeksi dan partus
lama
11. Menolong
kelahiran bayi dengan lilitan tali pusat.
Contoh : Menolong kelahiran bayi normal dan dengan lilitan tali
pusat Bidan berwengan menolong persalinan normal
12. Melakukan
episiotomy dan penjahitan jika diperlukan
Contoh : Bila ada perobekan pada jalan
lahir dan di perlukan penjahitan,maka Bidan wajib menjahit luka tersebut.
13. Melaksanakan
manajemen fisiologis kalai III
Melaksanakan manajemen aktif kala III :
pemberian uterotonika, peregangan talipusat, pemeriksaan kelengkapan plasenta
dan selaput. Fisiologi kala III cukup sebagai pengetahuan tetapi melaksanakan
manajemen aktif kala III wajib dapat dilakukan.
14. Melaksanakan
manajemen aktif kalai III
Contoh : Setelah proses pengeluaran
janin,maka Bidan wajib mengeluarkan dan mengecek plasenta apa ada plasenta yang
robek atau tidak.
15. Memberikan
suntikan IM (Uterotonika, antibiotika, sedative)
Contoh : Memberikan suntikan intra
muskuler meliputi uterotonika, antibiotika dan sedativa saat manual plasenta.
Sesuai dengan permenkes bidan tidak boleh memberikan antibiotic dan sedative, Memberikan
kombinasi suntikan ketiganya dilakukan saat manual plasenta.
16. Memasang
infus, mengambil darah untuk pemeriksaan HB dan HMT
Contoh : Kompetensi bidan cukup dapat
melakukan pemeriksaan HB dengan metode Sahli bukan pemeriksaan hematokrit.
17. Menahan
uterus untuk mencegan terjadinya inverse uteri dalam kalai III
Contoh : Pada proses pengeluaran
plasenta,tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen bawah
uterus)kemudian instruksikan asisten atau penolong untuk menarik tali pusat
sambil tangan dalam membawa plasenta keluar(hindari terjadi percikan darah).
18. Memeriksa
kelengkapan plasenta dan selaputnya
Contoh : Setelah plasenta
dikeluarkan,Bidan harus memeriksa plasenta apa ada sobekan atau tidak.Jika
terjadi sobekan,maka harus dibersihkan dengan kuretase.Tetapi Bidan tidak boleh
melakukan kuretase,harus dirujuk ke dokter ahli kandungan.
19. Memperkirakan
jumlah darah yang keluar pada persalinana yang benar
Contoh : Perkiraan jumlah darah yang
keluar harus didokumentasikan dengan tepat dan rujukan harus dilakukan bila
pendarahannya berlebihan.
20. Memeriksa
robekan vagina, seviks dan perineum
Contoh : Jika terdapat robekan pada
vagina,serviks dan perineum maka Bidan berhak melakukan penjahitan pada daerah
tersebut.
21. Menjahit
robekan vagina dan perineum tingkat II
Contoh : Menjahit robekan perineum
tingkat I dan II. Bidan berwenang melakukan penjahitan robekan perineum tingkat
I dan II.
22. Memberikan
pertolongan persalinan abnormal: letak sungsang, partus macet kepada didasar
panggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi, post term dan pre term.
Contoh: Baringkan ibu miring ke kiri.
Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan
gawatdarurat obstertri dan bayi baru lahir dan bidan mendampingi sampai ke
tempat rujukan (berikan dukungan dan semangat).
23. Melakukan
pengeluaran plasenta secara manual
Contoh: Melakukan pengeluaran plasenta
secara manual jika terjadi HPP.
24. Mengelola
pendarahan post partum
Contoh: Jika terjadi pendarahan pada
proses post partum,maka bidan harus menagani dengan tepat.
25. Memindahkan
ibu untuk tindakan tambahan atau kegaewatdaruratan dengan tepat waktu sesuai
indikasi
Contoh: Memberikan lingkungan yang aman
dan nyaman dengan meningkatkan hubungan kasih sayang ibu dan bayi baru lahir
dengan inisiasi menyusui dini.
26. Jika
terjadi kegawat daruratan pada ibu,Bidan harus segera merujuk ke rumah sakit
yang memiliki fasilitas yang lebih memadai.
Contoh: Meningkatkan keberhasilan
menyususi secara eksklusif dan lamanya bayi disususi,merangsang produksi
ASI,memperkuat refleks menghisap bayi.Refleks menghisap awal pada bayi paling
kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir.
27. Memberikan
lingkungan yang aman dengan meningkatkan hubungan atau ikatan tali kasih ibu
dan bayi baru lahir.
Contoh: Memberikan lingkungan yang aman
dan nyaman dengan meningkatkan hubungan kasih sayang ibu dan bayi baru lahir
dengan inisiasi menyusui dini.
28. Menfasilitasi
ibu unyuk menyusui sesegera mungkin dan mendukung ASI ekskusif.
Contoh: Meningkatkan keberhasilan
menyususi secara eksklusif dan lamanya bayi disususi,merangsang produksi
ASI,memperkuat refleks menghisap bayi.Refleks menghisap awal pada bayi paling
kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir.
29. Mendokumentasikan
temuan-temuan yang pantang dan intervensi yang dilakukan.
Contoh: Sebagai tolak ukur keberhasilan proses
membuat keputusan klinil, merupakan catatan permanen tentang asuhan, perawatan,
dan obat yang diberikan, dapat digunakan untuk penelitian / studi kasus,dll.
D.
Keterampilan
Tambahan
1.
Menolong kelahiran persalinan muka
dengan penempatan dan gerakan tangan yang tepat
Contoh
: Bidan hanya boleh menolong persalinan normal
Presentasi
muka dengan oksiput di anterior sulit dilahirkan
2.
Memberikan suntikan anestesi local jika
diperlukan
Contoh
: Merupakan asuhan sayang ibu yang bertujuan untuk supaya ibu tidak merasakan
sakit pada saat proses penjahitan luka episiotomi.
3.
Melakukan ekstraksi forcep rendah dan
vakum jika diperlukan sesuai kewenangan.
Contoh
: Melakukan ekstraksi forcep dan vakum dengan kepala di dasar panggul dalam
keadaan darurat. Bidan hanya berwenang pada persalinan normal dan bidan tidak
berwenang melakukan ekstraksi forcep dan vacum kecuali pada wilayah kerjanya
tidak terdapat dokter umum/ dokter spesialis kebidanan.
4.
Mengidentifikasi dan mengelola
malpresentasi, distoksia bahu, gawat janin dan kematian janin dikandungan
(IUFD) dengan tepat
Contoh
: Bidan harus mempunyai keterampilan mengidentifikasi malpresentasi, distosia
bahu, gawat janin dan kematian janin dalam kandungan (IUFD) dengan tepat dan
merujuk kasus tersebut.
5.
Mengidentifaksi dan mengelola tali pusat
menumbang
Contoh
: Bidan harus mempunyai ketrampilan mengidentifikasi tali pusat menumbung dan
merujuk kasus tersebut.
6.
Mengidentifikasi dan menjahit robekan
serviks
Contoh
: Bidan harus mampu mengidentifikasi robekan serviks. Menjahit serviks bukan
kewenangan bidan.
7.
Mebuat resep dan memberikan obat-obatan
untuk mengurangi nyeri jika diperlukan sesuai
Contoh
: Memberikan obat-obatan untuk mengurangi nyeri.
Membuat
resep bukan kewenangan bidan
8.
Membuat resep bukan kewenangan bidan.i
kewenangan.
Contoh
: Memberikan oksitosin dengan tepat pada kala III persalinan dan penanganan
perdarahan post partum.
Permenkes
Wewenang bidan hanya : Obat uterotonika diberikan pada saat postpartum dan kala
III. Pemberian oksitosin untuk akselerasi persalinan bukan wewenang bidan.
9.
Memberikan oksitosin dengan tepat untuk
induksi akselerasi persalinan dan penanganan pendarahan post partum.
Contoh
: Memberikan oksitosin dengan tepat pada kala III persalinan dan penanganan
perdarahan post partum.
Permenkes
Wewenang bidan hanya : Obat uterotonika diberikan pada saat postpartum dan kala
III. Pemberian oksitosin untuk akselerasi persalinan bukan wewenang bidan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang
bersifat dinamis, berkembang, dan dapat diraih setiap waktu.
Kompetensi tersebut dibagi atas 2 kategori, yaitu :
1. Kompetensi
Inti atau Dasar
Kompetensi minimal yang mutlak dimiliki oleh bidan.
2. Kompetensi
Tambahan atau Lanjutan
Pengembangan dari pengetahuan dan keterampilan dasar
untuk mendukung tugas bidan dalam memenuhi tuntutan/kebutuhan masyarakat yang
sangat dinamis serta perkembangan IPTEK.
Praktek Kebidanan adalah asuhan yang diberikan oleh bidan
secara mandiri baik pada perempuan yang menyangkut proses reproduksi,
kesejahteraan ibu dan janin / bayinya, masa antara dalam lingkup praktek
kebidanan juga termasuk pendidikan kesehatan dalam hal proses reproduksi untuk
keluarga dan komunitasnya.
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis
yang normal dalam kehidupan.Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa
sosial bagi ibu dan keluarga.
B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari di sepenuhnya bahwa di
dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari titik kesempurnaan.Oleh karena
itu, kritikan yang sifatnya membangun, kami sebagai penulis sangat mengharapkan
guna penyempurnaan penyusunan makalah di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
http://dinaambarwati.blogspot.co.id/2016/06/asuhan-selama-persalinan-dan-kelahiran.html
makalah/KULIAH/KONSEP KEBIDANAN/Bahan mteri kompetensi
bidan an praktek professional bidan/kompetensi bidan dyahtrielchoiri.htm
12 Soepardi,
Suryani. (2006 ) Konsep Kebidanan Bandung: PD IBI Jabar