Senin, 26 Februari 2018

JAMU YANG MENJADI KEBIASAAN/ADAT UNTUK IBU HAMIL


MAKALAH
“ TENTANG JAMU YANG MENJADI KEBIASAAN/ADAT UNTUK IBU HAMIL”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah ISBD

Oleh :
Kebidanan A.14.2
Jenny Veronica Rambu Inda                          17150055
Anggie Trisia                                                   17150057
Gita Tilana                                                     17150059
Elma                                                               17150060
Irnawati                                                           17150061
Wijianti                                                           17150064
Melly kristiani                                                 17150065
Winada                                                            17150066

PROGRAM STUDI D-3 KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI
YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN
20017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta,25 februari


Penyusun


DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………...............……….………i
Daftar Isi……………………………………………................………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang………………………………………………….……...............…....4
1.2  Tujuan penulisan…………………………………………...............……...…….…..4
1.3  Manfaat penulisan….....………………………...............……………………….......4
BAB III PEMBAHASAN
3.1 pengertian jamu.................................................................................................5
3.2 dampak ibu hamil mengkonsumsi jamu................................................................5
3.3 strategi tenaga kesehatan untuk merubah perilaku ibu hamil minum jamu ...............6
3.4 beberapa jamu yang dapat menjadi perawatan persalinan........................................6
BAB III PENUTUP
4.1  Kesimpulan…………………………………………..................……………..….......8
4.2 Saran..................................................................................................................8
4.3 Daftar Pustaka………………………………………………..................…………......9
















BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang banyak membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup maupun tatanan social termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu hal yang berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat tertentu.
Pengaruh social budaya dalam masyarakat memberikan peran penting dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan social budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan social dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negative. Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya sebagai salah satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.
Saat ini terdapat sekitar 60% ibu hamil dan menyusui menggunakan obat-obatan atau suplemen. Penelitian tentang konsumsi obat tradisional dan efeknya terhadap janin memang belum dibuktikan secara klinis, namun dari penelitian yang dilakukan pada hewan percobaan menunjukkan beberapa tanaman obat yang digunakan sebagai jamu untuk ibu hamil bersifat oksitosik (merangsang uterus), mengakibatkan perdarahan uterus dan usus, kematian janin, dan pertumbuhan janin tidak normal (lambat). Oleh karena itu, penggunaan obat tradisional oleh ibu hamil harus diwaspadai. Beberapa bahan alami dari obat tradisional yang sering dikonsumsi sebagai jamu untuk ibu hamil ternyata memiliki efek oksitoksik sehingga memengaruhi keselamatan janin di dalam kandungan. ( Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, vol 6 No.6. 2012 ).
Menurut para informan, seorang ibu hamil biasanya mengonsumsi jamu karena faktor kebiasaan dalam keluarga dan budaya, khususnya masyarakat suku Jawa, serta faktor sosial ekonomi dan pengetahuan. Akan tetapi ada juga yang beralasan untuk menggugurkan, biasanya karena kehamilan yang tidak diinginkan. Tentang efek yang ditimbulkan, informan 1 mengatakan tidak tahu efeknya dan hanya pernah mendengar dari dokter, sementara informan 2 dan 3 mengatakan bahwa mengonsumsi jamu dapat mempengaruhi kesehatan janin. Semua informan mengatakan sebaiknya seorang wanita hamil tidak mengonsumsi jamu.

1.2  Tujuan penulisan
Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan ibu hamil di kehidupan masyarakat tersebut.
1.3  Manfaat penulisan
Agar pembaca dapat mengetahui bagaimana ibu hamil mengkonsumsi jamu yang menjadi kebiasaan-kebiasaan/adat di suatu masyarakat .



BAB II
PEMBAHASAN


3.1    PENGERTIAN JAMU
Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional dari Indonesia. Belakangan populer dengan sebutan herba atau herbal. Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan dan kulit batang, buah. Ada juga menggunakan bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing atau tangkur buaya. Jamu biasanya terasa pahit sehingga perlu ditambah madu sebagai pemanis agar rasanya lebih dapat ditoleransi peminumnya.


3.2     DAMPAK MINUM JAMU BAGI IBU HAMIL

Pada dasarnya ilmu kedokteran belum ada yang meneliti efek dari meminum jamu saat hamil. Namun, ada yang beranggapan mengkonsumsi jamu saat hamil tidaklah apa – apa, tetapi tetap pada koridor yang aman. Ada juga sebagian besar yang beranggapan mengkonsumsi jamu pada saat hamil tidaklah aman. Walaupun terbuat dari bahan- bahan traditonal, jamu juga mempunyai efek yang kurang baik bagi janin. Berikut beberapa efek minum jamu:
1.      Ketuban keruh.
Ibu hamil yang terbiasa mengkonsumsi jamu, air ketubannya bisa jadi kental bahkan berwarna hijau keruh. Akibatnya, bayi mengalami kesulitan bernafas sewaktu dilahirkan. Belum lagi kalau air ketuban sampai terhirup bayi yang berakibatfatal.
2.      Teratogenik
Teratogenik adalah kelainan pembentukan kongenital yang dapat menyebabkan kecacatan pada bayi. Salah satu penyebabnya adalah konsumsi kosentrat yang tak direkomendasikan tersebut adalah jamu. Bukan tak mungkin dalam kosentrat tadi terkandung zat-zat bahaya yang dapat mengancam dan menimbulkan masalah pada janin yang pada giliran berikutnya bisa mengakibatkan kecacatan pada janin.
3.      Kelainan jantung.
Jamu juga bisa menyebabkan gangguan jantung pada janin, salah satunya adalah kebocoran sekat jantung, terlebih bila konsumsi hamil muda.Ada juga sebagian orang beranggapan, jamu tidak mengandung berbahaya, jadi tidak akan ada efek apa – apa pada janinnya ketika di konsumsi. Jamu yang di konsumsi haruslah jamu yang di buat sendiri dan masih segar ( fresh ). Jangan pernah mengkonsumsi jamu yang dalam kemasan. Sebaiknya untuk lebih jelas tentang dampak mengkonsumsi jamu dalam kondisi hamil,  konsultasikan  pada dokter.


3.3    STRATEGI TENAGA KESEHATAN UNTUK MERUBAH PERILAKU IBU HAMIL MINUM JAMU.

1.      Melibatkan tenaga kesehatan bidan untuk memberikan penyuluhan dipolindes, posyandu tentang bahaya minum jamu bagi ibu hamil.
2.      Pendekatan terhadap tokoh masyarakat untuk mengubah tradisi negatif atau yang berpengaruh terhadap kehamilan.
3.      Seorang tenaga kesehatan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma  dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
4.      Dengan kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat tenaga kesehatan dapat berperan aktif untuk melakukan promosi kesehatan kepada masyarakat dengan melakukan penyuluhan kesehatan disela-sela acara kesenian atau kebudayaan tradisional tersebut. Misalnya: dengan kesenian wayang kulit diselipkan pesan-pesan kesehatan yang ditampilkan diawal pertunjukan dan pada akhir pertunjukan.

3.4 Beberapa bahan aneka jamu yang dapat dijadikan perawatan kehamilan dan persalinan :
  1. Jamu untuk masa kehamilan 1-3 bulan
Bahan yang dibutuhkan antara lain, temu, kemiling, kunyit, temulawak, mesoyi, bawang putih, kemukus, dan lempuyang secukupnya. Gilas bahan-bahan tersebut dengan diberi air secukupnya. Untuk mengurangi rasa pahit, tambahkan sedikit garam. Minumlah jamu ini sehari satu atau dua kali.
2.      Jamu untuk masa kehamilan 3-6 bulan
Terdiri dari bahan-bahan seperti, daun jambu biji yang masih muda, daun jambu tersana (jambu warna merah dan padat, tapi bukan jambu air), lalu daun meniran, sembukan, temu hitam, lempuyang, dan kunyit. Untuk takaran secukupnya saja, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, agar rasanya seimbang. Tambahkan gula merah atau gula batu agar rasanya enak.
3.      Jamu untuk masa kehamilan 7-8 bulan
Bahan-bahannya seperti, kayu manis sebesar jari, kayu secang seperempat koin lalu dikerik. Rendam dengan menggunakan leri atau air cucian beras selama tiga jam. Minum jamu tersebut pada hari Senin dan Kamis. Kemudia pada hari Rabu dan Sabtu, minum jamu yang terdiri dari 3 biji cabe Jawa, 2 rimpang (akar/umbi) lempuyang. Tumbuk semua bahan dan beri air secukupnya. Tambahkan sedikit garam dan jeruk nipis.
4.      Jamu untuk kehamilan 9 bulan
Untuk bahannya menggunakan ketumbar sejumput, 2 lembar daun trawas, jinten hitam, mesoyi, kulit udang yang dibakar sedikit, dan kulit ikan mimi dan mentuna. Kemudian campurkan semua dan digerus. Tambahkan sedikit garam dan air secukupnya. Setelah itu, saring dan minum airnya. Jamu ini diminum satu kali seminggu.
5.      Jamu sesudah persalinan
Bahan yang digunakan adalah laos, bawang putih, garam yang digoreng, digerus dan diberi air secukupnya. Minum sehari sekali. Bisa juga menggunakan bahan lainnya seperti, ketumbar, cengkeh, jinten, misoyi, kayu manis, kencur, kedaung kunyit, pala, temu giling, temu lawak, dan asam. Semua digerus lalu diminum menggunakan air hangat.
Sesudah 40 hari, minumlah jamu dengan bahan musi, cabe Jawa, kemukus, klabet, jinten hitam, kedaung, kembang pala, dan kayu jangjang.
Dianjurkan bagi ibu yang setelah melahirkan untuk meminum jamu agar melancarkan keluarnya ASI yang terbuat dari bahan daun katuk. Selain itu berhati-hati dalam memilih jamu, dan jangan lupa untuk selalu berkonsultasi dengan dokter kandungan Anda.

BAB III
PENUTUP



4.1.    Kesimpulan

Ibu yang mengonsumsi jamu selama hamil mempunyai risiko 7 kali lebih besar untuk melahirkan bayi asfiksia dibandingkan ibu yang tidak mengonsumsi jamu selama kehamilan setelah dikontrol oleh variabel frekuensi ANC. Ibu hamil dengan frekuensi ANC kurang dari 4 kali selama kehamilan mempunyai risiko 3 kali untuk melahirkan bayi asfiksia dibandingkan ibu dengan frekuensi ANC lebih dari 8 kali. Demikian juga untuk ibu dengan frekuensi ANC 4 - 8 kali mempunyai risiko 1,68 kali untuk melahirkan bayi asfiksia dibandingkan ibu
dengan frekuensi ANC lebih dari 8 kali.
Tenaga kesehatan bidan harus mampu menggerakan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya. Agar bidan dapat menjalankan praktik atau pelayanan kesehatan dengan baik, dan dapat memberikan pendidikan kesehatan dipolindes atau diposyandu.

4.2.     Saran

1.      Wanita hamil diharapkan lebih memperhatikan perilaku sehat, makanan maupun minuman yang dikonsumsi karena dapat memengaruhi kondisi janin dalam kandungan.
2.      Selain itu, perlu standardisasi penggunaan jamu untuk ibu hamil, khususnya jamu berbungkus (jamu dari produsen obat tradisional yang sudah teregistrasi), mengingat animo masyarakat yang cukup besar dalam pemanfaatan jamu khususnya yang biasa dikonsumsi oleh ibu hamil.


DAFTAR PUSTAKA


http/www/.kompasiana.com/dietha.gextha/hubungan kebiasaan-ibu-hamil-minum-jamu-dengan kesehatan-ibu dan-janin.

Journal.fkm.ui.ac.id/kesmasphj/article/donwload/80/81
Katno SP. Tingkat manfaat dan keamanan tanaman obat dan obat tradisional.
Yogyakarta: Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmang Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada; 2006 [diakses tanggal 2 Februari 2007]. Diunduh dari: http://www.litbang.depkes.go.i/bpom/keamanan_TO/pdf.

Kesmas, Jurnal Kesehatan masyarakat Nasional vol 6 No.6, juni 2012



Minggu, 25 Februari 2018

contoh penulisan surat lamaran kerja bahasa inggris


Name               : Wijianti
NIM                : 17150064
Class                : A 14.2
Study program : D3-Kebidanan
Task                  : Aplication Letter

Yogyakarta , september 27, 2017
Dear
Manager HRD  ST-18, Patel Hospital
blok-4 Gulshan-iqbal,
Karachi, Pakistan


With Respect,

The undersigned below

Name                                    : Wijianti
Place and date of birth         : Kerubung Jaya, December  31, 2017
Religion                                : Islam
Status                                    : Unmarried
Address                                : Jl.pisang, saren, caturtunggal, Depok, Yogyakarta

Hereby apply to be able to join Patel Hospital as midwife in accordance with my competence.
 
And I promise to work earnestly in both teams and individuals so as to maintain and improve the quality of Patel Hospital Karachi, Pakistan

For your joint consideration I attach:
 
1. Copy of diploma SPK
2. Copy of transcript of SPK value
3. Copy of AKBID diploma
4. Copy of transcript of AKBID value
5. Photocopy of work experience letter
6. Copy of ID card
7. Curriculum Vitae
8. Pas photo size 4 × 6 2 sheets.
9. SKCK
10. Photocopy of registration letter (STR)
 
So the letter of this work request I made for the consideration and attention I thank you.
 
Best regards
 
 
Wijianti



Rabu, 21 Februari 2018

Makalah perkembangan psikososial pada masa pra sekolah, masa sekolah, pubertas dan kebutuhan bimbingan psikologinya


MAKALAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI PADA MASA PRA SEKOLAH, MASA SEKOLAH, PUBERTAS DAN KEBUTUHAN BIMBINGAN PSIKOLOGINYA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PISIKOLOGI


Oleh :
Kebidanan A.14.2
Putu Dewi Maharani Wiantara                       17150053
Irnawati                                                           17150061
Fenik.Lawalata                                               17150052
Wijianti                                                           17150064
Maret sisca                                                      17150070
Maria .Y.T. Ndiken                                         17150040

PROGRAM STUDI D-3 KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI
YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN
20017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                                        Yogyakarta,20 februari


Penyusun


DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………i
Daftar Isi……………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang………………………………………………….………...4
1.2  Tujuan penulisan………………………………………………...………..6
1.3  Manfaat penulian….....……………………………………………….......6
BAB II TEORI
2.1. Teori pertumbuhan dan perkembangan anak....................................... 7
2.2. Tahap perkembangan anak.................................................................7
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Perkembangan psikologi pada anak pra sekolah...................................10
3.2. Prinsip perkembangan anak...............................................................10
3.3. Perkembangan Psikologi remaja.........................................................12
3.4. Faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologi anak....................21
3.5. Kebutuhan bimbingan psikologi.........................................................22
3.6. Dinamika kebutuhan psikologis..........................................................26
BAB III PENUTUP
4.1  Kesimpulan………………………………………………………..…......28
4.2 Daftar Pustaka………………………………………………………….....30


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Pendahuluan

Pada rentang kehidupan manusia terdapat tahap-tahap perkembangan yang harus dilalui mulai dari sejak lahir sampai meninggal.Dalam setiap tahapan perkembangan tersebut terdapat tugas-tugas perkembangan yang menuntut individu untuk mampu melalui setiap tugas tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh  Super  (Isaacson & Brown, 1997) meyakini bahwa dalam setiap tahap-tahap terdapat tugas-tugas yang harus dipenuhi. Tahapan perkembangan manusia dimulai dari bayi sampai dengan lansia.
Satu hal dalam belajar adalah  hendaknya menjadi lebih baik untuk melihat ke masa depan, belajar untuk mengantisipasi realitas hidup. Ini menjadi sangat penting bagi masa kanak-kanak yang hidup dalam era globalisasi yang menuntut keterbukaan dan kelunturan dalam pemikiran, serta kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah non rutin secara kreatif dan kritis. Dibutuhkan keterampilan-keterampilan tertentu untuk menyiapkan masa depan kanak-kanak dengan belajar melalui penanaman nilai-nilai agama dan hidup dengan baik.
Anak-anak mendapat tempat istimewa pada masyarakat karena mereka menentukan generasi mendatang. Usia 2-6 tahun merupakan usia yang penting dalam masa perkembangan, dan dalam masa-masa perkembangannya harus sangat diperhatikan. Orang tua harus memperhatikan beberapa aspek perkembangan yang terjadi pada anaknya. Pekembangan fisik, kognitif, dan psikososial anak pada masa 2-6 ini tidak bisa dikesampingkan pentingnya. Ketiga perkembangan itu sangat penting dalam perkembangan anak, yang akan menentukan dan membawa perilaku anak sampai ia dewasa.
Masa anak-anak awal dan akhir memiliki perkembangan yang berbeda. Menurut Santrock (2002) perkembangan memiliki arti pola gerakan atau perubahan yang dimulai dari pembuahan dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan. Pola gerakan adalah kompleks karena gerakan merupakan produk dari beberapa proses biologis, kognitif dan sosial. Soetjiningsih (2012) menyatakan bahwa ketiga proses tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Proses biologis meliputi perubahan sifat fisik individu. Menurut Papalia et al. (2010), pada usia tiga hingga enam tahun, seorang anak tumbuh dengan cepat, namun tidak secepat pada masa sebelumnya, sedangkan pertumbuhan dimasa kanak-kanak akhir cenderung berjalan lebih lambat. Pada awal periode usia enam tahun anak-anak masih terlihat seperti anak-anak kecil. Namun diakhir periode sekitar usia 12 tahun, anak-anak sudah berubah dan mulai tampak seperti orang dewasa (Papalia et al., 2010).
Perkembangan1 sosial emosi semakin dipahami sebagai sebuah krisis dalam perkembangan anak. Hal ini disebabkan karena anak terbentuk melalui sebuah perkembangan dalam proses belajar. Dari masa perkembangan awal, bayi menunjukkan rasa aman dalam keluarganya apabila kebutuhannya terpenuhi oleh lingkungan. Bayi akan mengeksplorasi melalui sentuhan, rasa, dll. Dari mengeksplorasi itulah bayi akan belajar. Sebaliknya, apabila bayi merasa tidak aman dalam lingkungan keluarga, bayi akan menghabiskan energinya untuk mengatur dirinya sehingga bayi tidak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi. Ketika bayi tidak dapat kesempatan untuk bereksplorasi, bayi tidak memiliki kesempatan untuk belajar.  Proses belajar pada masa inilah yang mempengaruhi perkembangan pada tahapan selanjutnya (Briggs, 2012). Masa perkembangan bayi hingga memasuki sekolah dasar menjadi “fondasi” belajar yang kuat bagi anak untuk mengembangkan kemampuan sosial emosinya menjadi lebih sehat dan anak siap menghadapi tahapan perkembangan selanjutnya yang lebih rumit. Pada tahap krisis inilah menjadi waktu yang tepat dalam meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan sosial emosi.

1.2  Tujuan penulisan
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan psikoligi pada masa prasekolah masa sekolah masa pubertas dan mengetahui kebuuhan bimbingan psikologi.
1.3  Manfaat penulisan
Agar pembaca dapat mengetahui bagaimana perkembangan psikoligi pada masa prasekolah masa sekolah masa pubertas dan mengetahui kebuuhan bimbingan psikologi.

BAB II
TEORI

2.1.Teori Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur. Anak tidak saja menjadi besar secara fisik, tapi ukuran dan struktur organ dalam tubuh dan otak meningkat. Akibatnya ada pertumbuhan otak, anak tersebut memiliki kemampuan yang lebih besar untuk belajar, mengingat dan berpikir. Perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif, yaitu perubahan–perubahan psikofisis yang merupakan hasil dari proses pematangan fungsi–fungsi yang bersifat psikis dan fisik pada diri anak secara berkelanjutan, yang ditunjang oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan melalui proses maturation dan proses learning. Maturation berarti suatu proses penyempurnakan, pematangan dari unsur-unsur atau alat-alat tubuh yang terjadi secara alami. Proses learning merupakan proses belajar, melalui pengalaman pada jangka waktu tertentu untuk menuju kedewasaan. Anak-anak yang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan memiliki rasa keingintahuan yang besar terhadap lingkungan sekitar. Hal ini ditandai dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan mereka. Rasa ingin tahu tersebut memberikan kesempatan kepada anak dalam belajar mengenal sesuatu.
Interaksi anak dengan lingkungannya misalnya dengan teman seumuran maupun guru akan membuat anak belajar untuk mengembangkan aspek sosial dan emosi mereka. Interaksi dengan teman sebaya akan memberikan pengalaman dalam bersosialisasi dan berkomunikasi, seperti bermain bersamasama, mau berbagi, mau mengalah dan sebagainya. Sedangkan interaksi anak dengan lingkungan alam akan memberikan perasaan santai dan rileks. Kondisi inilah yang sangat dibutuhkan anak dalam proses belajar dan bermain.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang teori-teori pertumbuhan dan perkembangan anak.
1.      Kartini Kartono membagi masa perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi 5, yaitu :
1)      0 – 2 tahun adalah masa bayi
2)      1 – 5 tahun adalah masa kanak-kanak
3)      6 – 12 tahun adalah masa anak-anak sekolah dasar
4)      12 – 14 adalah masa remaja
5)      14 – 17 tahun adalah masa pubertas awal
2.      Aristoteles membagi masa perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi 3, yaitu :
1)      0 – 7 tahun adalah tahap masa anak kecil
2)      7 – 14 tahun adalah masa anak-anak, masa belajar, atau masa sekolah rendah
3)      14 – 21 tahun adalah masa remaja atau pubertas, masa peralihan dari anak menjadi dewasa.

2.2  Tahapan Perkembangan Anak
Menurut Hurlock dalam bukunya yang berjudul Child Development, perkembangan anak dibagi menjadi 5 periode,yaitu :
1.      periode pra lahir yang dimulai dari saat pembuahan sampai lahir. Pada periode ini terjadi perkembangan fisiologis yang sangat cepat yaitu pertumbuhan seluruh tubuh secara utuh.
2.      Periode neonatus adalah masa bayi yang baru lahir. Masa ini terhitung mulai 0 sampai dengan 14 hari. Pada periode ini bayi mengadakan adaptasi terhadap lingkungan yang sama sekali baru untuk bayi tersebut yaitu lingkungan di luar rahim ibu.
3.      Masa bayi adalah masa bayi berumur 2 minggu sampai 2 tahun. Pada masa ini bayi belajar mengendalikan ototnya sendiri sampai bayi tersebut mempunyai keinginan untuk mandiri.
4.      Masa kanak-kanak terdiri dari 2 bagian yaitu masa kanak-kanak dini dan akhir masa kanak-kanak. Masa kanak-kanak dini adalah masa anak berusia 2 sampai 6 tahun, masa ini disebut juga masa pra sekolah yaitu masa anak menyesuaikan diri secara sosial. Akhir masa kanak-kanak adalah anak usia 6 sampai 13 tahun, biasa disebut sebagai usia sekolah.
5.      Masa puber adalah masa anak berusia 11 sampai 16 tahun. Masa ini termasuk periode yang tumpang tindih karena merupakan 2 tahun masa kanak-kanak akhir dan 2 tahun masa awal remaja. Secara fisik tubuh anak pada periode ini berubah menjadi tubuh orang dewasa.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1.Perkembangan Psikologi Pada Anak Pra Sekolah
Menurut Alimul Aziz (2005) dalam Marmi dan Magiyati (2017) anak diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus, baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Pasal 1 ayat 1 UU No.23 tahun 2002 dalam Marmi dan Magiyati (2017) tentang perlindungan anak menyatakan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak adalah individu yang unik dan bukan orang dewasa mini.

3.2.Prinsip perkembangan anak
Menurut Marmi dan Magiyati (2017) dalam perkembangan anak dikenal prinsip-prinsip perkembangan sebagai berikut :
1.      Perkembangan berlangsung seumur hidup hidup dan meliputi semua aspek. Perkembangan bukan hanya berkenaan dengan aspek-aspek tertentu tetapi menyangkut semua aspek. Perkembangan aspek tertentu mungkin lebih terlihat dengan jelas, sedangkan aspek yang lainnya lebih tersembunyi. Perkembangan tersebut juga berlangsung terus sampai akhir hayatnya.
2.      Setiap anak memiliki kecepatan (tempo) dan kualitas perkembangan yang berbeda. Seseorang anak mungkin mempunyai kekampuan berfikir dan membina hubungan social yang sangat tinggi dan tempo perkembangannya dalam segi itu sangat cepat, sedangkan dalam aspek lainnya seperti keterampilan atau estetika kemampuannya kurang dan perkembangannya lambat. Sebaliknya, ada anak yang keterampilan dan estetikanya berkembang pesat sedangkan kemampuan berpikir dan hubungan sosialnnya agak lambat.
3.      Perkembangan secara relative beraturan, mengikuti pola-pola tertentu, perkembangan sesuatu segi didahului atau mendahului segi yang lainnya. Anak bisa merangkak sebelum anak bisa berjalan, anak bisa meraban sebelum anak bisa berbicara, dan sebagainya.
4.      Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit. Secara normal perkembangan itu berlangsung sedikit demi sedikit tetapi dalam situasi-situasi tertentu dapat juga terjadi loncat-loncatan.
5.      Perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat uum menuju ke yang lebih khusus, mengikuti proses diferensiasi dan  integrase. Perkembangan dimulai dengan dikuasainya kemampuan-kemampuan yang bersifat umum, seperti kemampuan memegang dimulai dengan dengan memegang benda besar dengan kedua tangannya, baru kemudia memegang dengan satu tangan tetapi dengan kelima jaringan.
6.      Secara normal perkembangan individu mengikuti seluruh fase tetapi karena faktor-faktor khusus, fase tertentu dilewati secara cepat , sehingga Nampak keluar seperti tidak melewati fase tersebut, fase lainnya diikuti dengan sangat lambat sehingga Nampak seperti tidak berkembang.
7.      Perkembangan sesuatu aspek dipercepat atau diperlambat. Perkembangan dipengaruhi oleh factor-faktor pembawaan dan juga faktor lingkungan.
8.      Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berhubungan dengan aspek lainnya. Kemampuan berkembang social sejajar dengan kemampuan berbahasa , kemampuan motoric sejajar dengan kemampuan pengamatan dan lain sebagainya.
9.      Pada saat tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu perkembangan pria berbeda dengan wanita. Pada usia 12-13 tahun , wanita lebih cepat matang secara social dibandingkan dengan laki-laki. Laki-laki lebih kuat dalam kemampuan intelektualnya sedangkan wanita lebih kuat dalam kemampuan berbahasa dan estetikanya.

3.3.Perkembangan Psikologi Remaja
Sherif dkk., dalam Abu Ahmadi (2007: 3) mengemukakan bahwa psikologi sosial ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman dan tingkah laku individu manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi perangsang sosial. Dalam hal ini Sherif dan Sherif menghubungkan antara tingkah laku dengan situasi perangsang social. Perangsang sudah barang tentu erat sekali hubungannya antara manusia dengan masyarakat. Dengan demikian apapun definisi mengenai psikologi sosial itu, tidak dapat lepas dari adanya situasi sosial atau interaksi sosial dan fokusnya adalah perilaku individu dan sosial.
Dalam Kamus Psikologi dijelaskan bahwa puberty (pubertas) adalah periode dalam kehidupan di mana terjadi kematangan organ-organ seks mencapai tahap menjadi fungsional. Terdapat variasi yang jelas sekali diantara individu-individu yang berbeda; akan tetapi pada umumnya usia bagi akhir periode ini diberikan sebagai berikut: untuk anak gadis ialah usia tiga belas tahun dan pada anak laki empat belas tahun.
            Pubertas (puberty) ialah suatu periode dimana kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja.Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja, yang ditandai dengan perubahan pada ciri-ciri seks primer (primary sex characteristics) dan ciri-ciri seks sekunder (secondary sex characteristics). Meskipun perkembangan ini biasanya mengikuti suatu urutan tertentu, urutan dari kematangan seksual tidak sama pada setiap anak dan terdapat perbedaan individual dalam umur dari perubahan-perubahan tersebut (Desmita, 2010:192).
            Masa puber atau remaja inilah yang berlangsung paling lama diantara fase yang lain dan merupakan inti seluruh masa pemuda. Karena itu, masa pemuda sering juga disebut masa remaja. Anak perempuan disebut gadis remaja dan anak laki-laki disebut bujang remaja atau remaja saja.Beberapa perkembangan perilaku psikososial diantaranya:
1.      Perkembangan Pemahaman Diri dan Identitas
Proses pembentukan identitas diri merupakan proses yang panjang dan kompleksyang membutuhkan kontinuitas dari masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang dari kehidupan individu. Hal ini akan membentuk kerangka berpikir untuk mengorganisasikan dan mengintegrasikan perilaku ke dalam berbagai bidang kehidupan (Soetjiningsih, 2007: 47).
Dengan demikian individu dapat menerima dan menyatukan kecenderungan pribadi, bakat, dan peran-peran yang diberikan baik oleh orangtua, teman sebaya maupun masyarakat yang pada akhirnya dapat memberikan arah tujuan dan arti dalam kehidupan mendatang. Remaja adalah pribadi yang sedang berkembang menuju kematangan diri, kedewasan.Untuk itu, remaja perlu membekali diri dengan pandangan yang benar tentang konsep diri. Remaja perlu menjadi diri yang efektif agar dapat mempengaruhi orang lain untuk memiliki konsep diri yang positif. Remaja perlu menjadi diri yang mampu menciptakan interaksi sosial yang saling mempercayai, saling terbuka, saling memperhatikan kebutuhan teman, dan saling mendukung. Konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia yang kita harapkan (Desmita, 2010:164). Setiap individu pada dasarnya dihadapkan pada suatu krisis.Krisis itulah yang menjadi tugas bagi seseorang untuk dapat dilaluinya dengan baik.Pada diri remaja yang sedang mengalami krisis berarti menunjukan dirinya sedang berusaha mencari jati dirinya.
Agoes Dariyo (2004:80) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan krisis (crisis) ialah suatu masalah yang berkaitan dengan tugas perkembangan yang harus dilalui oleh setiap individu, termasuk remaja. Keberhasilan menghadapi krisis akan meningkatkan dan mengembangkan kepercayaan dirinya, berarti mampu mewujudkan jati dirinya (self-identity) sehingga ia merasa siap untuk menghadapi tugas perkembangan berikutnya dengan baik, dan sebaliknya, individu yang gagal dalam menghadapi suatu krisis cenderung akan memiliki kebingungan identitas (identitiy-diffussion). Orang yang memiliki kebingungan ini ditandai dengan adanya perasaan tidak mampu, tidak berdaya, penurunan harga diri, tidak percaya diri, akibatnya ia pesimis menghadapi masa depannya.
Krisis identitas terjadi apabila remaja tidak mampu memilih diantara berbagai alternatif yang bermakna.Remaja dikatakan telah menemukan identitas dirinya (self-identity) ketika berhasil memecahkan tiga masalah utama, yaitu pilihan pekerjaan, adopsi nilai yang diyakini dan dijalani, dan perkembangan identitas seksual yang memuaskan.Dapat juga dikemukakanbahwa remaja dipandang telah memiliki identitas diri yang matang (sehat, tidak mengalami kebingungan), apabila sudah memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap diri sendiri, peranannya dalam kehidupan sosial (di lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya atau masyarakat), pekerjaan, dan nilai-nilai agama (Syamsu Yusuf L.N. dkk, 2011:97).
Pesatnya perkembangan fisik dan psikisseringkali menyebabkan remaja mengalami krisis peran dan identitas.Sesungguhnya, remaja senantiasa berjuang agar dapat memainkan peranannya agar sesuai dengan perkembangan masa peralihannya dari masa anak-anak menjadi masa dewasa.Tujuannya adalah memperoleh identitas diri yang semakin jelas dan dapat dimengerti dan serta diterima oleh lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.Dalam konteks ini, penyesuaian diri remaja secara khas berupaya untuk dapat berperan sebagai subjek yang kepribadiannya memang berbeda dengan anak-anak ataupun orang dewasa. (Mohammad Ali dkk, 2010:179).
Selama masa remaja ini, kesadaran akan identitas dan mendefinisikan kembali “siapakah” ia saat ini dan akan menjadi “siapakah” atau menjadi “apakah” ia pada masa yang akan datang. Perkembangan identitas selama masa remaja ini juga sangat penting karena ia memberikan suatu landasan bagi perkembangan psikososial dan relasi interpersonal pada masa dewasa (Desmita, 2008:11).
Syamsu Yusuf L.N. dkk., (2011:97) menyebutkan untuk memfasilitasi perkembangan identitas diri remaja yang sehat dan mencegah terjadinya kebingungan identitas, maka pihak orang tua di lingkungan keluarga, guru di lingkungan sekolah, dan orang dewasa lainnya di lingkungan masyarakat hendaknya melakukan hal-hal berikut ini.
1)      Memberi contoh atau teladan tentang sikap jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan peranannya masing-masing
2)      Menciptakan iklim kehidupan sosial yang harmonis, jauh dari gejolak atau konflik;
3)      Menciptakan lingkungan hidup yang bersih, tertib, sehat dan indah;
4)      Memberikan kesempatan kepada remaja untuk berpendapat, mengajukan gagasan, atau berdialog;
5)      Memfasilitasi remaja untuk mewujudkan kreativitasnya, baik dalam bidang olahraga, seni,maupun bidang keilmuan;
6)      Memberikan informasi kepada remaja tentang orang-orang sukses, dan bagaimana mencapai kesuksesannya tersebut;
7)      Menampilakan perilaku yang sesuai dengan karakter atau nilai-nilai akhlak mulia;
8)      Memberi contoh dalam bersikap dan berperilaku yang terkait dengan nilai-nilai budaya nilai cinta tanah air, patriotisme dan nasionalisme.
2.      Perkembangan Hubungan dengan Orang Tua
Keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan remaja karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama, yang meletakan dasar-dasar kepribadian remaja.Selain orang tua, saudara kandung dan posisi anak dalam keluarga juga berpengaruh bagi remaja.Pola asuh orang tua sangat besar pengaruhnya bagi remaja.Dinamika dan hubungan-hubungan antara anggota dalam keluarga juga memainkan peranan yang cukup penting bagi remaja. Seperti halnya pola asuh, hubungan-hubungan tersebut telah membentuk perilaku jauh sebelum usia remaja. Anak tertua yang dominan terhadap adiknya pada masa kecil akan terbawa hingga usia remaja, anak perempuan yang ketika usia 6 tahun menjadi “anak ayah” kemungkinan masih tetap dekat dengan ayah pada usia 16 tahun. Walaupun hubungan-hubungan tersebut berjalan secara alamiah dan sehat, orang tua tetap perlu untuk menjaga kesatuan dan adanya batasan-batasan diantara orang tua dan anak-anak (Soetjiningsih, 2007:50).
Karena remaja hidup dalam suatu kelompok individu yang disebut keluarga, salah satu aspek penting yang dapat mempengaruhi perilaku remaja adalah interaksi antar anggota keluarga. Harmonis atau tidaknya, intensif atau tidaknya interaksi antar anggota keluarga akan mempengaruhi perkembangan sosial remaja yang ada didalam keluarga (Mohammad Ali dkk., 2010: 95).
Ketika anak memasuki usia remaja di mana sangat membutuhkan kebebasan dan mereka sering meninggalkan rumah, orang tua harus dapat melakukan penyesuaian terhadap keadaan tersebut. Remaja membutuhkan dukungan yang berbeda dari masa sebelumnyakarena pada saat itu remaja sedang mencari kebebasan dalam mengeksplorasi diri sehingga dengan sendirinya keterikatan dengan orang tua berkurang.
Pengertian dan dukungan orang tua sangat bermanfaat bagi perkembangan remaja.
Komunikasi yang terbuka di mana masing-masing anggota keluarga dapat berbicara tanpa adanya perselisihan akan memberikan kekompakan dalam keluarga sehingga hal tersebut juga akan sangat membantu anak remajanya dalam proses pencarian identitas diri.
Perubahan hormon pubertas mempengaruhi emosi peserta didik yang berusia remaja ini.Hal ini sering kali sangat nyata dalam perilaku mereka seiring dengan munculnya fluktuasi emosional dan seksual muncul pada kebutuhan peserta didik berusia remaja untuk mempertanyakan otoritas dan nilai-nilai sosial, serta batas keyakinan dalam hubungan yang ada.Hal ini sangat mudah terlihat didalam sistem keluarga, dimana kebutuhan remaja untuk kemerdekaan diri dari orang tua dan saudara kandung dapat menyebabkan banyak konflik dan ketegangan di rumah(Sudarwan Danim, 2010:85).


3.      Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya
Masa remaja bisa disebut sebagai masa sosial karena sepanjang masa remaja hubungan sosial semakin tampak jelas dan sangat dominan. Kesadaran akan kesunyian menyebabkan remaja berusaha mencari kompensasi dengan mencari hubungan dengan orang lain atau berusaha mencari pergaulan. Penghayatan kesadaran akan kesunyian yang mendalam dari remaja merupakan dorongan pergaulan untuk menemukan pernyataan diri akan kemampuan kemandiriannya (Mohammad Ali dkk., 2010:91).
               Dalam perkembangan sosial remaja maka remaja mulai memisahkan diri dari orang tua dan mulai memperluas hubungan dengan teman sebaya. Pada umumnya remaja menjadi anggota kelompok usia sebaya (peer group). Kelompok sebaya menjadi begitu berarti dan sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial remaja.Kelompok sebaya juga merupakan wadah untuk belajar kecakapan-kecakapan sosial, karena melalui kelompok remaja dapat mengambil berbagai peran.
               Di dalam kelompok sebaya, remaja menjadi sangat bergantung kepada teman sebagai sumber kesenangannya dan keterikatannya dengan teman sebaya begitu kuat. Kecenderungan keterikatan (kohesi) dalam kelompok tersebut akan bertambah dengan meningkatnya frekuensi interaksi diantara anggota-anggotanya. (Soetjiningsih, 2007:51). Pada awal usia remaja, keterlibatan remaja dalam kelompok sebaya ditandai dengan persahabatan dengan teman, utamanya teman sejenis, hubungan mereka begitu akrab karena melibatkan emosi yang cukup kuat. Hubungan dengan lawan jenis biasanya terjadi dalam kelompok yang lebih besar. Pada usia pertengahan keterlibatan remaja dalam kelompok makin besar, ditandai dengan terjadinya perilaku konformitas terhadap kelompok. Remaja mulai bergabung dengan kelompok-kelompok minat tertentu seperti olah raga, musik, gang-gang dan kelompok lainnya.
               Pada usia ini, remaja juga sudah mulai menjalin hubungan-hubungan khusus dengan lawan jenisnya yang dapat diwujudkan dengan kencan dan pacaran. Pada akhir usia remaja, ikatan dengan kelompok sebaya menjadi berkurang, dan nilai-nilai dalam kelompok menjadi kurang begitu penting karena pada umumnya remaja lebih merasa senang dengan nilai-nilai dan identitas dirinya(Soetjiningsih, 2007:51).

4.      Perkembangan Moral dan Religi
               Moral dan religi merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja. Sebagian orang berpendapat bahwa moral dan religi bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa sehingga ia tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat. Disisi lain, tidak adanya moral dan religi ini sering kali dituding sebagai faktor penyebab meningkatnya kenakalan remaja(Sarlito W Sarwono, 2012:109).
               Moral merupakan suatu kebutuhan penting bagi remaja, terutama sebagai pedoman menemukan identitas dirinya, mengembangkan hubungan personal yang harmonis, dan menghindari konflik-konflik peran yang selalu terjadi dalam masa transisi.Untuk remaja, moral merupakan suatu kebutuhan tersendiri karena mereka sedang dalam keadaan membutuhkan pedoman atau petunjuk dalam rangka mencari jalannya sendiri.Pedoman atau petunjuk ini dibutuhkan juga untuk menumbuhkan identitas dirinya, menuju kepribadian matang dengan unifying philosophy of life dan menghindarkan diri dari konflik-konflik peran yang selalu terjadi dalam masa transisi ini.Dengan kurang aktifnya orang tua dalam membimbing remaja (bahkan pada beberapa remaja sudah terjadi hubungan yang tidak harmonis dengan orang tua), maka pedoman berupa mores ini semakin diperlukan oleh remaja (Sarlito W Sarwono, 2012:111).
               Agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral. Bahkan, sebagaimana dijelaskan oleh Adams & Gullotta (1983), agama memberikan sebuah kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada di dunia ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya(Desmita, 2008:208).
               Sejalan dengan meningkatnya kemampuan abstraksi dan daya kritisnya, remaja seringkali meninjau agama dari segi rasio dan kadang-kadang tanpa melalui penghayatan.Hal ini berbeda dengan masa kanak-kanak yang menerima ajaran agama secara konkrit (Soetjiningsih, 2007:55), sedangkan menurut Mohammad Ali dkk. (2011:145), karakteristik
yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berpikir operasional formal, yaitu mulai mampu berpikir abstrak dan mampu memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotesis maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terkait pada waktu, tempat dan situasi tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup mereka.Namun, dengan bertambahnya kemampuan remaja untuk memahami arti kehidupan disekelilingnya secara potensial, maka remaja akan lebih memahami secara mendasar arti agama serta mensikapi sikap-sikap sosial dalam lingkungannya. Pada akhirnya mereka akan belajar memahami dan mencapai pengertian bahwasanya berbicara dan mengkritik secara tajam ternyata jauh lebih mudah daripada pelaksanaannya, ini karena kemampuan berpikir abstrak dan metakognisinya akan terus berkembang.
               Soetjiningsih (2007: 54) menjelaskan bahwa pada dasarnya setiap proses perkembangan sendiri termasuk perkembangan kognitif pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1)      Pematangan (maturatiom), yaitu tumbuhnya struktur-struktur fisik secara berangsurangsur memiliki akibat pada perkembangan kognitif pula. Contoh yang jelas dalam hal ini adalah pertumbuhan pusat susunan otak.
2)      Pengalaman psikologis dan kontak dengan lingkungan (exercise through physicalpractice and mental experience). Kontak dengan lingkungan akan mengakibatkan duamacam ciri pengalaman mental. Pertama adalah pengalaman fisik, yaitu aktifitas yang dapat mengabstraksi sifat fisik objek-objek tertentu. Pengalaman fisik ini memberikan pengertian mengenai sifat yang langsung berhubungan dengan objeknya sendiri. Kedua adalah pengalaman logika matematik, yaitu pengertian yang datang dari koordinasi internal perilaku individu tersebut.
3)      Transmisi sosial dan pembelajaran (social interaction and teaching), yaitu berbagai macam stimulasi sosial seperti media massa, lembaga sekolah, klub sosial dan sebagainya, ternyata memberi pengaruh yang positif dalam perkembangan kognisi karena seseorang mendapatkan banyak informasi, dan kemudian melakukan suatu pembelajaran.
4)      Ekuilibrasi (equilibration) yaitu proses ekuilibrasi mengintegrasi efek ketiga faktor diatas yang masing-masing kurang cukup memberikan keterangan mengenai proses perkembangan. Proses ini merupakan proses internal untuk mengatur keseimbangan diri dalam individu. 
               Dalam Kamus Psikologi dijelaskan bahwa puberty (pubertas) adalah periode dalam kehidupan di mana terjadi kematangan organ-organ seks mencapai tahap menjadi fungsional. Terdapat variasi yang jelas sekali diantara individu-individu yang berbeda; akan tetapi pada umumnya usia bagi akhir periode ini diberikan sebagai berikut: untuk anak gadis ialah usia tiga belas tahun dan pada anak laki empat belas tahun.
               Pubertas (puberty) ialah suatu periode dimana kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja.Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja, yang ditandai dengan perubahan pada ciri-ciri seks primer (primary sex characteristics) dan ciri-ciri seks sekunder (secondary sex characteristics). Meskipun perkembangan ini biasanya mengikuti suatu urutan tertentu, urutan dari kematangan seksual tidak sama pada setiap anak dan terdapat perbedaan individual dalam umur dari perubahan-perubahan tersebut (Desmita, 2010:192).
               Masa puber atau remaja inilah yang berlangsung paling lama diantara fase yang lain dan merupakan inti seluruh masa pemuda. Karena itu, masa pemuda sering juga disebut masa remaja. Anak perempuan disebut gadis remaja dan anak laki-laki disebut bujang remaja atau remaja saja.
3.4.Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Psikologi Anak
Menurut Marmi dan Magiyati (2017) faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologi adalah sebagai berikut.
1.      Keluarga
Keluarga merupakan libkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak termasuk perkembangan sosialnya.Kondisi dan tata acara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga.
2.      Kematang
Untuk dapat bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses social, memberi dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.
3.      Status sosial ekonomi
Kehidupan social banyak dipengaruhi oleh kondisi social ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normative yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
4.      Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah, hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normative, anak memberikan warna kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
5.      Kesehatan mental
Yaitu emosi dan intelegensi.Kemampuan berifikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, emmecahkan masalah, dan berbahasa.Perkembangan emosi berpengaruhi sekali terhadap perkembangan social anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa yang baik. Oleh karena itu, jika perkembangan ketiganya seimbang makan akan snagat menentukan keberhasilan perkembangan anak.

3.5.Kebutuhan Bimbingan Psikologi
               Pada masa perkembangan anak-anak akan timbul kebutuhan-kebutuhan atau keinginan untuk menjadi sesuatu (Gunarsa, 2008). Kebutuhan-kebutuhan tersebut harus diperhatikan oleh orang tua agar anak mereka memiliki potensi dan dapat berkembang sesuai dengan potensi-potensi yang dimiliki (Purnomo, 1990). Rotter (dalam Feist & Feist,2010) mendefinisikan kebutuhan sebagai perilaku atau seperangkat perilaku yang dapat menggerakkan individu ke arah suatu tujuan. Kebutuhan bukan sesuatu kondisi kekurangan atau rangsangan, akan tetapi kebutuhan merupakan indikator dari tujuan perilaku.
               Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan “as desire to become more and more what one is, to become everything that one is capable of becoming” (Gunarsa, 2008). Menurut Maslow (dalam Gunarsa, 2008), kebutuhan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : 
1.      Kelompok yang terdiri dari kebutuhan dasar, kebutuhan primer atau kebutuhan fisiologis, seperti makan, minum, oksigen dan lain-lain,
2.      Kelompok yang terdiri dari kebutuhan sekunder atau kebutuhan psikologis, seperti cinta, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan rasa terlindungi dan aman, serta kebutuhan untuk mengetahui sesuatu.
               Murray (dalam Hall & Lindzey, 1993) menjelaskan bahwa kebutuhan merupakan suatu konstruk yang mewakili suatu daya pada bagian otak, kekuatan yang mengatur persepsi, apersepsi, pemahaman, konasi dan kegiatan sedemikian rupa untuk mengubah situasi yang ada dan yang tidak memuaskan ke arah tertentu. Setiap kebutuhan secara khas dibarengi oleh perasaan atau emosi tertentu dan seringkali dibarengi oleh tindakantindakan instrumental tertentu yang efektif untuk menghasilkan keadaan akhir yang diinginkan (Hall & Lindzey, 1993). Murray (dalam Hall & Lindzey, 1993) menjelaskan bahwa terdapat dua tipe kebutuhan, yaitu :

1.      Kebutuhan primer / kebutuhan viskerogenik
Kebutuhan primer atau kebutuhan viskerogenik berhubungan dengan peristiwa peristiwa organis tertentu yang khas, dan secara khusus berkenaan dengan kepuasan-kepuasan fisik. Contohnya adalah kebutuhan akan udara, air, makanan, seks, laktasi, buang air besar dan buang air kecil.
2.      Kebutuhan sekunder / kebutuhan psikogenik
Kebutuhan sekunder atau kebutuhan psikogenik berasal dari kebutuhan primer dan ditandai oleh tidak adanya hubungan dengan proses-proses organis atau kepuasan fisik khusus.

Adapun bagian-bagian kebutuhan psikogenik menurut Murray (dalam Hall & Lindzey, 1993) adalah :
1.      Need of Abasement (Sikap merendah)
Tunduk secara pasif terhadap kekuatan luar; menerima perlakuan yang tidak adil, kritik dan hukuman; menyerah, menyalahkan, meremehkan, merendahkan diri sendiri, merusak diri sendiri; mencari dan menikmati penderitaan, hukuman, penyakit dan kemalangan.
2.      Need of Achievement (Prestasi)
Menyelesaikan sesuatu yang sulit; mengunggulkan diri; menyaingi dan
mengungguli orang lain; meningkatkan harga diri dengan menyalurkan bakat secara berhasil.
3.      Need of Affiliation (Afiliasi)
Membuat senang dan mencari afeksi dari objek yang disukai; patuh dan tetap setia pada seorang kawan, menjalin persahabatan.
4.      Need of Aggression (Agresi)
Menghadapi perlawanan dengan kekerasan; melawan; membalas perbuatan yang tidak adil; menyerang, melukai; melawan dengan kekerasan atau menghukum orang lain.



5.      Need of Autonomy (Otonomi)
Bebas; menolak untuk dipaksa atau dilarang; menghindari atau meninggalkan kegiatan-kegiatan yang ditentukan oleh autoritas-autoritas yang menguasai; tidak terikat, tidak bertanggung jawab.
6.      Need of Counteraction (Memperbaiki situasi)
Menguasai atau memperbaiki kegagalan dengan berjuang lagi; menghilangkan pelecehan dengan memulai tindakan; menekan perasaan takut; mempertahankan harga diri dan kebanggaan pada taraf yang tinggi.
7.      Need of Defendance (Membela diri)
Mempertahankan diri terhadap serangan, kritik dan celaan; menyembunyikan atau membenarkan perbuatan tercela, kegagalan atau penghinaan mempertahankan diri.
8.      Need of Deference (Sikap hormat)
Memuji, menghormati, atau menyanjung; dengan senang hati tunduk pada pengaruh orang lain yang dikenal; menyesuaikan diri dengan kebiasaan.
9.      Need of Dominance (Dominasi)
Mempengaruhi atau mengarahkan tingkah laku orang lain dengan saran,
bujukan, imbauan, atau perintah; mencegah, menghambat atau melarang.
10.  Need of Exhibition (sikap menonjolkan diri)
Menciptakan kesan; senang dilihat dan didengar; membuat orang lain kagum, terpesona, terhibur, terkejut, ingin tahu, senang atau terpikat.
11.  Need of Harm avoidance (Menghindari bahaya)
Menghindari rasa sakit, luka fisik, penyakit dan kematian; melarikan diri dari situasi berbahaya; mengambil tindakan pencegahan, kebutuhan akan rasa aman.
12.  Need of In avoidance (Menghindari rasa hina)
Menghindari penghinaan; meninggalkan situasi yang memalukan atau
menghindari kondisi yang bisa menimbulkan pelecehan : caci maki, ejekan, atau sikap masa bodoh orang lain; menahan diri untuk bertindak karena takut gagal.
13.  Need of Nurturance (Sikap memelihara)
Memberi simpati dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan objek yang tidak berdaya : bayi, objek yang lemah atau cacat, ragu-ragu, kalah, dihina, kesepian, patah hati, sakit, bingung; membantu objek yang dalam bahaya; memberi makanan, membantu, menghibur, melindungi.
14.  Need of Order (Ketertiban)
Mengatur barang-barang; menjaga kebersihan, susunan, keseimbangan,
keteraturan, ketelitian.
15.  Need of Play (Permainan)
Berbuat untuk “kesenangan” tanpa tujuan lebih lanjut; suka tertawa dan
membuat lelucon; mengambil bagian dalam permainan, olahraga, joget, pesta, bermain kartu.
16.  Need of Rejection (Penolakan)
Memisahkan diri dari objek yang tidak disenangi; mengucilkan, melepaskan, mengusir atau bersikap masa bodoh terhadap objek yang lebih rendah; menghina atau memutuskan hubungan cinta dengan objek.
17.  Need of Sentience (Keharuan)
Mencari dan menikmati kesan-kesan yang menyentuh perasaan, kesan yang menyenangkan.
18.  Need of Sex (Seks)
Menjalin dan meningkatkan hubungan erotik. Mengadakan hubunga seksual.
19.  Need of Succorance (Pertolongan dalam kesusahan)
Memuaskan kebutuhan-kebutuhan dengan bantuan simpatik dari objek yang dikenal; dirawat, didukung, dikelilingi, dilindungi, dicintai, dinasihati, dibimbing, dimanjakan, diampuni, dihibur; menempel pada seorang pelindung setia; selalu memiliki seorang pendukung.


20.  Need of Understanding (Pemahaman)
Menanyakan atau menjawab pertanyaan-pertanyaan umum; tertarik pada teori memikirkan, merumuskan, menganalisis, dan menggeneralisasikan.

3.6. Dinamika Kebutuhan Psikologis
Murray (dalam Hall & Lindzey, 1993) menyatakan bahwa adanya kebutuhan dapat disimpulkan dari :
1.      Akibat atau hasil akhir dari tingkah laku,
2.      Pola atau cara khusus tingkah laku yang bersangkutan,
3.      Perhatian dan respon selektif terhadap kelompok objek stimulus tertentu,
4.      Ungkapan emosi atau perasaan-perasaan tertentu, dan
5.      Ungkapan kepuasan apabila akibat tertentu dicapai atau kekecewaan apabila akibat tersebut tidak tercapai.
               Pemuasan kebutuhan-kebutuhan ini sangatlah penting selama tahun-tahun awal kehidupan, khususnya selama dua tahun pertama (Goble, 1987). Kondisi lingkungan sekitar dan keadaan sosial dalam masyarakat berkaitan erat dengan motivasi seseorang dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Maslow (dalam Goble, 1987) menjelaskan bahwa kondisi-kondisi yang merupakan prasyarat bagi pemuasan kebutuhan dasar meliputi antara lain: kemerdekaan untuk berbicara, kemerdekaan untuk melakukan apa saja yang diinginkan sepanjang tidak merugikan orang lain, kemerdekaan untuk menyelidiki, kemerdekaan untuk mempertahankan atau membela diri, keadilan, kejujuran, kewajaran, dan ketertiban. Kondisi-kondisi tersebut akan dipertahankan, sebab tanpa kondisi-kondisi tersebut aneka kepuasan dasar mustahil didapat atau setidaknya menjadi sangat terancam. Fromm (dalam Feist & Feist, 2010) percaya bahwa kurang terpuaskannya kebutuhan-kebutuhan pada manusia, akan membuat manusia tidak tahan dan akhirnya kehilangan kewarasan. Oleh kerana itu, manusia tergerak dengan sangat kuat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan satu cara atau lainnya, baik secara positif atau negatif. 
              

BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
         Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur. Anak tidak saja menjadi besar secara fisik, tapi ukuran dan struktur organ dalam tubuh dan otak meningkat. Akibatnya ada pertumbuhan otak, anak tersebut memiliki kemampuan yang lebih besar untuk belajar, mengingat dan berpikir.
         Menurut Alimul Aziz (2005) dalam Marmi dan Magiyati (2017) anak diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus, baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Pasal 1 ayat 1 UU No.23 tahun 2002 dalam Marmi dan Magiyati (2017) tentang perlindungan anak menyatakan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak adalah individu yang unik dan bukan orang dewasa mini.
         Sherif dkk., dalam Abu Ahmadi (2007: 3) mengemukakan bahwa psikologi sosial ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman dan tingkah laku individu manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi perangsang sosial. Dalam hal ini Sherif dan Sherif menghubungkan antara tingkah laku dengan situasi perangsang social. Perangsang sudah barang tentu erat sekali hubungannya antara manusia dengan masyarakat. Dengan demikian apapun definisi mengenai psikologi sosial itu, tidak dapat lepas dari adanya situasi sosial atau interaksi sosial dan fokusnya adalah perilaku individu dan sosial.
Dalam Kamus Psikologi dijelaskan bahwa puberty (pubertas) adalah periode dalam kehidupan di mana terjadi kematangan organ-organ seks mencapai tahap menjadi fungsional. Terdapat variasi yang jelas sekali diantara individu-individu yang berbeda; akan tetapi pada umumnya usia bagi akhir periode ini diberikan sebagai berikut: untuk anak gadis ialah usia tiga belas tahun dan pada anak laki empat belas tahun.
         Pubertas (puberty) ialah suatu periode dimana kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja.Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja, yang ditandai dengan perubahan pada ciri-ciri seks primer (primary sex characteristics) dan ciri-ciri seks sekunder (secondary sex characteristics). Meskipun perkembangan ini biasanya mengikuti suatu urutan tertentu, urutan dari kematangan seksual tidak sama pada setiap anak dan terdapat perbedaan individual dalam umur dari perubahan-perubahan tersebut (Desmita, 2010:192).
         Berdasarkan pemaparan diatas mengenai kebutuhan psikologis, maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan psikologis merupakan tindakan atau perilaku individu dalam memenuhi perasaan atau kepuasan yang bersifat psikologis, seperti kebutuhan akan sikap merendah, prestasi, afiliasi, agresi, otonomi, counteraction, membela diri, sikap hormat, dominasi, sikap menonjolkan diri, menghindari bahaya, menghindari rasa hina, sikap memelihara, ketertiban, permainan, penolakan, keharuan, seks, pertolongan dalam kesusahan, dan pemahaman.
         Berdasarkan uraian mengenai dinamika kebutuhan psikologis diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pemenuhan kebutuhan baik fisiologis mau pun psikologis, terdapat dorongan berupa motivasi dalam diri individu sehingga individu akan menunjukkan perilaku-perilaku efektif serta emosi tertentu dalam mencapai kepuasan kebutuhan, baik fisiologis dan psikologis, dimana munculnya motivasi akan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut karena dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar individu.

Daftar Pustaka

Alex Sobur. 2011. Psikologi Umum: Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.

Baron, Robert Adan Donn Byrne.2004. Psikologi Sosial, Edisi Ke-10, Jilid 1(diterjemahkan olehRatna Djuwita, Melania Meitty Parman, Dyah Yasmina, Lita P. Lunanta).Jakarta: Erlangga.

Bimo Walgito. 1999. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: ANDI

Chaplin, J. P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi (diterjemahkan olehKartini Kartono). Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Jurnal Fakultas Psikologi Vol. 3, No 1, Juli 2015 (Baiq Dini Mardiyati, Rudy Yuniawati) Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. PERBEDAAN ADAPTABILITAS KARIR DITINJAU DARI JENIS SEKOLAH

puisi pancasila tetap abadi

[PUISI] Pancasila Tetap Abadi Sudah cukup banyak nyawa yang kita korbankan Sudah cukup banyak tangis yang kita dengarkan Sudah ...