RESUME
ASKEB
“Pemeriksaan
fisik ibu hamil”
Di Susun
oleh :
Nama : wijianti
Nim : 17150064
Prodi : D3-Kebidanan
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
RESPATI
YOGYAKARTA
2017/2018
Pemeriksaan
fisik pada ibu hamil.
1.
Kehamilan Trisemester 1.
Kehamilan trimester
Iadalah periode pertama diukur mulai dari konsepsi sampai minggu ke-12
kehamilan. Trimester pertama disebut sebagai periode pembentukan karena pada
akhir periode ini semua system organ janin sudah terbentuk dan berfungsi.
Kehamilan trimester
pertama adalah waktu yang harus dinikmati, harapan, dan perubahan-perubahan
pada seorang ibu terjadi. Meskipun setiap tahap kehamilanmempunyai karakter
yang berbeda, kehamilan trimester pertama dapat merupakansaat yang sulit juga.
2. Pemeriksaan fisik pada ibu hamil
trisemester 1.
Pemeriksaan fisik ibu
hamil Trimester 1 adalah salah satu aspek penting yang harus dipelajari apabila usia kandungan telah memasuki trimester pertama, atau tiga
bulan pertama. Pemeriksaan fisik Trimester 1 dan pemeriksaan selama kehamilan
merupakan hal penting yang harus
dilakukan, untuk memastikan bahwa ibu hamil dalam keadaan sehat.
Pemeriksaan kesehatan selama kehamilan juga penting, untuk mengetahui apabila
ada masalah dengan kandungan. Sayangnya, masih banyak wanita hamil yang belum
mengetahui pentingnya Pemeriksaan fisik ibu hamil Trimester 1, dan pemeriksaan
fisik pada umumnya.
a. Tehnik pemeriksaan fisik.
Tehnik pemeriksaan
fisik yang lazim digunakan adalah inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Secara umum tehnik ini dapat dilakukan pada berbagai kondisi patologis kecuali
bila ada riwayat nyeri pada daerah yang akan diperiksa atau tehnik pemeriksaan
tertentu dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
b. Petunjuk umum dalam melakukan pemeriksaan
fisik.
1) Tangan pemeriksa bersih dan hangat.
2) Gunakan prosedur secara sistematis.
3) Bila klien menggunakan alat bantu,
lakukan pemeriksaan dengan atau tanpa alat bantu.
4) Perhatikan kenyamanan klien, hindarkan
kesan terburu-buru.
5) Selalu menjalin komnikasi yang efektif
selama pemeriksaan berlangsung.
6) Menjaga privasi klien.
7) Memberi jawaban secara proposional, bila
klien menanyakan hasil pemeriksaan. Bila
hasilpemeriksaan masih masih memerlukan pemeriksaan lain sampaikan pada klien
dan hasil belum final.
c. Alat-alat yang digunakan dalam
pemeriksaan fisik.
1) Thermometer
2) Spigmomanometer.
3) Stetoskop.
4) Timbangan berat badan.
5) Penggaris.
6) Spatel lidah.
7) Meteran.
8) Tempat tidur
9) Selimut
10) Jam tangan
11) Refleks hamer
12) Senter
13) Sarung tangan.
d. Pendekatan pada klien.
Keberhasilan
pemeriksaan fisik bukan saja terletak pada kepiawaian pemeriksa tetapi juga
kerja sama yang ditunjukan oleh klien dan keluarganya. Untuk hasil yang
optimal, berbagai upaya dapat dilakukan oleh pemeriksa agar klien dan keluarga
dapat berkerja sama.
· Menunjukan sikap bersahabat.
Bersahabat dengan klien
dan keluarga bukanlah hal yang tidak mungkin dilakukan perawat. Perawat yang
selama 24 jam bersama dengan klien tentunya persahabatan ini akan cepat
terjalin. Bagi klien, lingkungan yang baru dan asing seringkali membuatnya
makin cemas oleh karena itu sikap yang bersahabat dan penuh perhatian dari
perawat sungguh sangat menyejukan bagi klien.
· Menghargai privasi klien.
Menggunakan pakian
secukupnya dan hindarkan adanya perasaan malu karena ruangan pemeriksaan yang
tidak tertutup yang memungkinkan orang untuk keluar masuk. Pemeriksaan bagian
dada dan genetalia mendapatkan perhatian khusus. Melepas pakian secara
bergantian sangat membantu mengurangi rasa malu klien.
· Yakinkan posisi yang nyaman bagi
klien.
Posisi klien dalam
pemeriksaan fisik disesuaikan dengan area dan tujuan pemeriksaan. Sangat
penting untuk mengupayakan kenyamanan pada setiap posisi yang dianjurkan.
Posisi yang tidak nyaman dapat menyebabkan ketegangan pada klien yang akhirnya
mempengaruhi hasil pemeriksaan.
· Jelaskan dan maksud tujuan
pemeriksaan.
Tujuan pemeriksaan dan
informasi apa yang ingin diperoleh serta
partisipasi apa yang diharapkan dari klien perlu dijelaskan sebelum pemeriksaan
dimulai.
e. Pendekatan dalam pemeriksaan fisik.
Metodologi yang
sistematis adalah penting untuk akurasi dan kelengkapan pemeriksaan fisik.
Beberapa variasi pendekatan praktis yang dapat dilakukan perawat untuk
memeriksa klien secara sistematis yaitu pendekatan Cepalo-caudal atau head to
toe dan system tubuh.
1) Pendekatan head to toe (dari kepala
sampai ujung kaki)
Dengan pendekatan ini,
pemeriksaan dimulai dari kepala dan secara sistematis pemeriksaan ketubuh
bagian bawah sampai kaki. Urutan pemeriksaan dimulai dari kepala, wajah, mata,
telinga, hidung, mulut, dan leher. Kemudian dilanjutkan pemeriksaan dada, paru
dan jantung, abdomen dan ginjal, genetalia, rectum, ekstermitas dan terakhir
adalah punggung.
Komponen pemeriksaan
fisik berdasarkan pendekatan head to toe adalah sebagai berikut.
a) Kepala dan wajah
- Lakukan inspeksi dan palpasi kepala
dan kulit kepala untuk melihat kesimetrisan, warna rambut, adakah pembengkakan,
kelembaban, lesi, edema
b) Wajah
- Lakukan inspeksi wajah
- Lakukan pemeriksaan mata
- Lakukan inspeksi pada hidung
- Periksa mulut dan kerongkongan
- Lakukan inspeksi telinga
c) Mulut dan gigi.
- Kebersihan mulut.
- Warna mukosa mulut.
- Tinjau adanya caries pada gigi.
d) Periksa leher
- Periksa kelenjar thyroid : lihat
besar dan bentuknya, palpasi dengan jari, pasien diminta menelan, bila ada masa
saat menelan : thyroid membesar
- Palpasi leher untuk merasakan adanya
pembesaran kelenjar limfe, tentukan ukuran, bentuk, mobilitas, dan konsistensi
e) Payu udara.
- Lihat dan palpasi payudara : bentuk,
kesimetrisan, benjolan bentuk putting, pengeluaran cairan pada punting, rasa
nyeri pada punting.
f) Periksa abdomen
1. Abdomen
2. a.
Inspeksi
3. ·
Lihat garis lurus dari pusat kebawah
4. §
Linea nigra : garis
yang berwarna hitam kecokelatan
5. §
Linea alba : garis yang berwarna
putih
6. ·
Lihat garis-garis memanjang atau gurat (striae) untuk menentukan
kehamilan primi atau multi
7. §
Striae albican : gurat
yang berwarna putih untuk multigravida
8. §
Striae livide : gurat
yang berwarna biru untuk primigravida
9. ·
Ada/tidak luka bekas operasi
10. b.
Palpasi Abdomen
11. Maksud untuk melakukan palpasi adalah untuk
:
12. ·
Memperkirakan adanya kehamilan.
13. ·
Memperkirakan usia kehamilan.
14. ·
Presentasi - posisi dan taksiran berat badan janin.
15. ·
Mengikuti proses penurunan kepala pada persalinan.
16. · Mencari penyulit kehamilan atau
persalinan.
- Inspeksi : bentuk abdomen, apakah
membusung / datar, striae, warna, ketebalan lemak, apakah ada luka operasi,
- Auskultasi perut di 4 kuadran, dengar
peristaltik usus. Normal : 5-35 kali
- Palpasi (bila ada yang sakit, lakukan
bagian tersebut di akhir pemeriksaan)
- Perkusi abdomen : massa padat atau
cair akan menimbulkan suara pekak
g) Lakukan pemeriksaan ekstremitas
- Inspeksi : ada edema (tekan daerah tibia
/ dorsalis pedis bila ada cekungan di bekas tekanan : edema + ), varises,
kesimetrisan, kelainan)
- Lakukan pengetukan dengan reflex
hammer di daerah tendon muskulus kuadriser femoris di bawah patella.
- Varises, warna kuku.
h) Periksa punggung pasien
- Inspeksi apakah ada kelainan pada
spina, bagaimana bentuk bujur sangkar michelis
i) Lakukan pemeriksaan genetalia eksterna
dan anus
- Inspeksi vulva : adakah cairan
pervaginaan ( secret ), amati warna dan bau.
- Palpasi adakah pembengkakan, benjolan
mulai dari klitoris, uretra, kelenjar skene, kelenjar bartholini.
- Lakukan pemeriksaan anus bersamaan
pemeriksaan genetalia, lihat adakah kelainan, misalnya hemorrhoid ( pelebaran
vena ) di anus dan perineum, lihat kebersihannya.
2) Pendekatan system tubuh
a) Tanda-tanda Vital
- Tekanan darah
Posisi pengambilan
tekanan darah sebaiknya ditetapkan, karena posisi akan memengaruhi tekanan
darah pada ibu hamil. Sebaiknya tekanan darah diukur pada posisi duduk dengan
lengan sejajar posisi jantung. Pendokumentasian perlu dicatat posisi dan
tekanan darah yang didapatkan.
- Nadi
Frekuensi nadi
normalnya 60-90 kali per menit. Takikardi bisa terjadi pada keadaan cemas,
hipertiroid, dan infeksi. Nadi diperiksa selama satu menit penuh untuk dapat
menentukan keteraturan detak jantung. Nadi diperiksa untuk menentukan masalah
sirkulasi tungkai, nadi seharusnya sama kuat dan teratur.
- Pernapasan
Frekuensi pernapasan
selama hamil berkisar antara 16-24 kali per menit. Takipnea terjadi karena
adanya infeksi pernapasan atau penyakit jantung. Suara napas hams sama
bilateral, ekspansi paru simetris, dan lapangan paru bebas dari suara napas
abdominal.
- Suhu
Suhu normal selama
hamil adalah 36,2-37,6°C. Peningkatan suhu menandakan terjadi infeksi dan
membutuhkan perawatan medis.
b) Sistem Kardiovaskuler
- Bendungan vena
Pemeriksaan sistem
kardiovaskular adalah observasi terhadap bendungan vena, yang bisa berkembang
menjadi varises. Bendungan vena biasanya terjadi pada tungkai, vulva, dan
rektum.
- Edema
Edema pada tungkai
merupakan refleksi dari pengisian darah pada ekstremitas akibat perpindahan
cairan intravaskular ke ruang intertisial. Ketika dilakukan penekanan dengan
jari atau jempol menyebabkan terjadinya bekas tekanan, keadaan ini disebut
pitting edema. Edema pada tangan dan wajah memerlukan pemeriksaan lanjut karena
merupakan tanda dari hipertensi pada kehamilan.
c) Sistem Muskuloskeletal
- Postur
Mekanik tubuh dan
perubahan postur bisa terjadi selama kehamilan. Keadaan ini mengakibatkan
regangan pada otot punggung dan tungkai.
- Tinggi dan berat badan
Berat badan awal
kunjungan dibutuhkan sebagai data dasar untuk dapat menentukan kenaikan berat
badan selama kehamilan. Berat badan sebelum konsepsi kurang dari 45 kg dan
tinggi badan kurang dari 150 cm ibu berisiko melahirkan bayi prematur dan berat
badan lahir rendah. Berat badan sebelum konsepsi lebih dari 90 kg dapat menyebabkan
diabetes pada kehamilan, hipertensi pada kehamilan, persalinan seksio caesarea,
dan infeksi postpartum.
- Pengukuran pelviks
Tulang pelviks
diperiksa pada awal kehamilan untuk menentukan diameternya yang berguna untuk
persalinan per vaginam.
- Abdomen
Kontur, ukuran, dan
tonus otot abdomen perlu dikaji. Tinggi fundus diukur jika fundus bisa
dipalpasi diatas simfisis pubis. Kandung kemih harus dikosongkan sebelum
pemeriksaan dilakukan untuk menetukan keakuratannya. Pengukuran metode Mc
Donald dengan posisi ibu berbaring.
d) Sistem Neurologi
- Pemeriksaan neurologi lengkap tidak
begitu diperlukan bila ibu tidak memiliki tanda dan gejala yang mengindikasikan
adanya masalah. Pemeriksaan refleks tendon sebaiknya dilakukan karena
hiperefleksi menandakan adanya komplikasi kehamilan.
e) Sistem Integumen
- Warna kulit biasanya sama dengan
rasnya. Pucat menandakan anemis, jaundice menandakan gangguan pada hepar, lesi,
hiperpigmentasi seperti cloasma gravidarum, serta linea nigra berkaitan dengan
kehamilan dan strie perlu dicatat. Penampang kuku berwarna merah muda
menandakan pengisian kapiler baik.
f) Sistem GI
- Mulut
Membran mukosa berwarna
merah muda dan lembut. Bibir bebas dari ulserasi, gusi berwarna kemerahan,
serta edema akibat efek peningkatan estrogen yang menyebabkan hiperplasia. Gigi
terawat dengan baik, ibu dapat dianjurkan ke dokter gigi secara teratur karena
penyakit periodontal menyebabkan infeksi yang memicu terjadinya persalinan prematur.
Trimester kedua lebih nyaman bagi ibu untuk melakukan perawatan gigi.
- Usus
Stetoskop yang hangat
untuk memeriksa bising usus lebih nyaman untuk ibu hamil. Bising usus bisa
berkurang karena efek progesteron pada otot polos, sehingga menyebabkan
konstipasi. Peningkatan bising usus terjadi bila menderita diare.
http://dwihandra089.blogspot.com/2012/12/pemeriksaan-fisik-pada-ibu-hamil.html
Langkah-langkah klinik:
a. Memberikan inform consent
b. Siapkan alat:
1. Sphignomanometer
2. Stethoscope
3. Thermometer
4. Linek atau doppler
5. Reflek hammer
6. Metline/meteran
7. Timbangan
8. Alat ukur tinggi badan
c. Cuci tangan sesuai prosedur
d. Langkah-langkah:
1. Pemeriksaan umum : kesadaran:
2. Vital sign:
a) Tekanan darah
b) Nadi
c) Suhu
d) Respirasi
e) Berat badan
f) Tinggi badan
3. Keadaan umum
Pemeriksaan fisik:
Rambut,
Kepala,
Mata,
Hidung,
Wajah,
Mulut,
Leher,
Ketiak
Pemeriksaan payudara
1. Tanyakan asi keluar atau tidak
2. Observasi letak
3. Adakah pembengkakan, rasa nyeri atau
kondisi tidak normal lain
4. Kondisi putting susu
j. Auskultasi jantung paru
k. Abdomen:
1. fundus uteri: untuk menentukan umur kehamilan,
sesuaikan dengan data HPHT (hari pertama haid terakhir) dan tanggal berapa
pertama kali memeriksakan kandungan.
2. Lihat kandung kemih, penuh atau tidak
3. Lakukan pemeriksaan fundus : ukur dari atas
fundus (bagian atas perut dekat dengan diafragma) namun terlebih dahulu perut
diketengahkan dengan sedikit memberikan tekanan lembut pada lateral abdomen.
Pemeriksaan Leopold:
a. Leopold 1: untuk menentukan umur
kehamilan dan mengetahui bagian janin yang terdapat pada fundus (kepala atau bokong)
Langkah:
1. Kaki klien dibengkokkan pada lutut dan
lipat paha
2. Pemeriksa berdiri pada sebelah kanan
klien dan melihat ke arah wajah klien
3. Rahim diarahkan ke tengah
4. Tentukan tinggi fundus uteri
5. Tentukan bagian tubuh janin apa yang
terdapat pada fundus uteri dengan cara merabanya. Tentukan fundus lalu ukur
dengan meteran dari bagian yang terasa keras ke bagian yang terasa keras pada
bagian symphisis.
b. Leopold II: untuk menentukan posisi
punggung janin.
Posisi perawat
menghadap ke pasien
Letakkan telapak tangan
kanan perawat pada perut bagian kiri pasien dan tangan kiri pada perut bagian
kanan.
Raba bagian tersebut
dan rasakan dengan sedikit menekan lembut.
Jika teraba seperti
papan maka itu adalah punggung dan jika teraba bagian yang kecil-kecil dan
terpisah oleh jarak, maka itu adalah bagian kaki dan tangan.
Dengan begitu dapat
didapat posisi miring bayi apakah mika (miring kanan) atau miki (miring kiri).
Cara ini juga sering
disebut dengan “mika-miki”
c. Leopold III: untuk mengetahui apa yang
apakah yang terdapat pada bagian bawah dan apakah bagian bawah sudah masuk ke
pap (pintu atas panggul)
Langkah:
Tangan kanan memegang abdomen pasien bagian
bawah hingga teraba kepala janin.
Tangan kiri menekan fundus (bagian atas
abdomen)
Bagaian bawah kepala janin apakah masih dapat
digiyangkan atau tidak.
Jika belum convergen (masuk sebagian sehingga
tangan tim medis seolah terbuka seperti ini “( )“ tidak perlu dilakukan leopold iv
d. Leopold iv: menentukan apa yang berada di
bawah dan berapa masuknya bagian bawah ke pap.
Langkah:
Jika tangan convergen “)(“ : hanya sebagian
kecil yang turun ke pap
Jika tangan sejajar “||” : separuh kepala
masuk pap
Jika tangan divergen “()” : sebagian besar
kepala masuk ke pap.
Hal ini tidak perlu dilakukan jika kepala atau
bagian terbawah masih tinggi.
21. pemeriksaan fisik pada ibu
hamil
22. PE,ERIKSAAN FISIK PADA IBU HAMIL
23. A.
Pemeriksaan umum
24. 1.
Keadaan umum
25. 2.
Tinggi dan berat badan.
26. 3.
Tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan, suhu tubuh
27.
28. B.
Pemeriksaan fisik
29. 1.
Kepala
30. a.
Inspeksi
31. 1)
Rambut
32. §
Kebersihan
33. §
Rontok atau tidak
34. § Ada
benjolan atau tidak
35. 2)
Muka
36. §
Chlosma gravidarum
37. 3)
Mata
38. §
Konjungtiva : merah/pucat
39. §
Sclera :
ikterus/ tidak
40. § Kelopak : ada edema/ tidak
41. 4)
Hidung
42. § Ada
polop/tidak
43. 5)
Mulut
44. § Kebersihan
45. §
Mukosa bibir
46. § Bibir pecah-pecah atau tidak
47. § Gigi
caries atau tidak
48.
49. 2. Leher
50. a.
Inspeksi
51. ·
Ada/tidak pembesaran kelenjar tiroid
52. ·
Ada/tidak pembesaran vena jugularis
53.
54. 3.
Payudara
55. a.
Inspeksi
56. ·
Kesimetrisan payudara
57. ·
Aeriola mamae
58. ·
Puting menonjol/tidak
59. ·
Untuk kehamilan lebih dari 16 minggu ada/tidak colosterum
60.
61. 4.
62. Tehnik palpasi abdomen pada ibu hamil:
63. 1)
Jelaskan maksud dan tujuan serta cara pemeriksaan palpasi yang akan
saudara lakukan pada ibu.
64. 2) Ibu dipersilahkan berbaring telentang
dengan sendi lutut semi fleksi untuk mengurangi kontraksi otot dinding abdomen.
65. 3)
Leopold I s/d III, pemeriksa melakukan pemeriksaan dengan berdiri
disamping kanan ibu dengan menghadap kearah muka ibu ; pada pemeriksaan Leopold
IV, pemeriksa berbalik arah sehingga menghadap kearah kaki ibu.
66.
Leopold_1
67. Leopold I :
68. · Kedua telapak tangan pemeriksa
diletakkan pada puncak fundus uteri.
69. · Tentukan tinggi fundus uteri untuk
menentukan usia kehamilan.
70. ·
Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau kepala)
71. §
Bokong → jika lebih lunak, lebar dan tidak melenting
72. §
Kepala → jika keras dan mudah melenting
73.
74.
75. Leopold II :
76. ·
Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai disamping
kiri dan kanan umbilikus.
77. ·
Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi denyut
jantung janin nantinya.
78. ·
Tentukan bagian-bagian kecil janin.
79. Leopold III :
80. · Pemeriksaan ini dilakukan dengan
hati-hati oleh karena dapat menyebabkan perasaan tak nyaman bagi pasien.
81. ·
Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan
kanan.
82. ·
Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan apakah
sudah mengalami engagemen atau belum.
83.
84. Leopold IV :
85. ·
Pemeriksa merubah posisinya sehingga menghadap ke arah kaki pasien.
86. · Kedua telapak tangan ditempatkan
disisi kiri dan kanan bagian terendah janin.
87. ·
Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat desensus janin.
88.
89. c. Auskultasi abdomen
90. Auskultasi detak
jantung janin (DJJ):
91. Sedikit dibwah pusat sebelah kiri atau kanan
untuk bayi normal.
92.
93. 5.
Vulva
94. Tanyakan pada ibu
95. ·
Ada keputihan atau tidak
96. Jika ada tanyakan
pada ibu
97. §
Banyak atau tidak
98. § Gatal atau tidak
99. § Lakukan pemeriksaan secret
100. ·
Ada atau tidak bengkak didaerah genetalia
101. · Ada atau tidak perdarahan
102.
103. 6. Kaki
104. a. Inspeksi
105. ·
Panjang kaki sama atau tidak
106. · Keberdihan kuku, pucat atau tidak
107. · Ada atau tidak edema
108. b. Perkusi
109. Untuk melihat repleks
patela
terimakasisangat membantu ,,
BalasHapusiya terimakasihh :)
Hapus