MAKALAH ANATOMI
“FISIOLOGI PAYUDARA DAN PROSES LAKTASI”
DOSEN : Novi Indrayani, SST, M.Kes
Di Susun oleh :
Program Studi : D3-Kebidanan
Kelas : A 14.2
Kelompok : IV (Empat)
Nama Nim
1. Irnawati : 17150062
2. Oksi trijayanti : 17150063
3. Wijianti : 17150064
4. Melly kristiani : 17150065
5. Winada : 17150066
6. Nindi frawika : 17150067
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI
YOGYAKARTA
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas limpahan Rahmat dan karunianya, sehingga tugas makalah “Anatomi Fisiologi Payudara dan Proses Laktasi“ ini dapat terselselaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Novi Indrayani , SST.M.KES, yang telah memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk mencapai tingkat ke dalam memadai sebagai sumber belajar walaupun dalam wujudnya yang belum sempurna, makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber belajar bagi yang memerlukan.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah, oleh karena itu kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua dan Allah berkenan menerima amal bakti yang diabadikan pada kita semua. Amin.
Yogyakarta, 01 November 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………… i
Daftar Isi…………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………… 4
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………... 4
1.3 Tujuan……………………………………………………………….……. 5
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Payudara…………………………………………………………………... 6
1.2 Laktasi…………………………………………………………………….. 8
BAB III PENUTUP
1.1 Kesimpulan……………………………………………………………..… 17
1.2 Saran…………………………………………………………………..….. 18
Daftar Pustaka……………………………………………………………….… 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi antara laki-laki dan perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan, karena air susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting pada bulan-bulan pertama kehidupan.
Menjelang akhir kehamilan, kelenjar mamae Ibu berkembang penuh untuk menyusui, tetapi hanya beberapa mililiter cairan di sekresi setiap hari sampai setelah bayi di lahirkan cairan ini di namakan kolostrum.. Penting untuk diketahui oleh ibu-ibu supaya menyususi harus dilaksanakan berdasarkan permintaan/kebutuhan bayinya dan dilaksanakan secara teratur sepanjang hari baik pagi maupun malam hari. Hal ini yang merupakan hambatan paling besar untuk ibu-ibu, terutama ibu-ibu yang bekerja atau bagi ibu-ibu di negara-negara maju, yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pola menyusui yang demikian ketat. Tetapi, meskipun demikian, harus diketahui bahwa ibu-ibu yang sudah melaksanakan pola laktasi yang ketat itu, tetap saja antara 3-12 % akan menjadi hamil lagi sebelum kembalinya haid pertama setelah melahirkan.
Laktasi bukan merupakan metode kontrasepsi yang dapat diandalkan. Ironinya, banyak wanita yang tidak menyadari hal ini, dan masih banyak ibu-ibu yang baru melahirkan yang tidak mendapatkan informasi maupun konseling mengenai keluarga berencana.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana struktur anatomi payudara wanita ?
2) Bagaimana fisiologi payudara wanita ?
3) Apa yang dimaksud dengan proses laktasi ?
4) Bagaimana fisiologi laktasi ?
5) Apakah yang di maksud dengan kelenjar mammae ?
6) Apa manfaat pemberian ASI ?
1.3 Tujuan
1) Agar dapat mengetahui tentang payudara dan susunan-susunan payudara sehingga kita atau seorang Ibu dapat merawat dan menjaga kesehatan payudaranya.
2) Dapat menambah wawasan dan mengenal lebih dalam lagi payudara kita. Dan apa yang kita pelajari dan amati bisa membantu kepada setiap orang yang bermasalah dalam organ mamaenya masing- masing.
3) Agar kita dapat mengetahui betapa penting laktasi
4) Mengetahui bagaimana proses dan perawatan laktasi
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 PAYUDARA
Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit dan di atas otot dada, tepatnya pada hemithoraks kanan dan kiri dengan batas-batas yang tampak dari luar sebagai berikut:
– Superior : iga II atau III
– Inferior : iga VI atau VII
– Medial : pinggir sternum
– Lateral : garis aksillaris anterior
Dalam keadaan normal hanya terdapat sepasang kelenjar payudara, sedang pada beberapa jenis hewan, kelenjar susu dapat membentang dari sekitas lipat paha sampai dada, kelenjar mamma merupakan ciri pembeda pada semua mamalia. Payudara manusia berbentuk kerucut tapi sering kali berukuran tidak sama.Payudara dewasa beratnya kira-kira 200 gram, yang umumya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram pada waktu menyusui mencapai 800 gram.
Ada tiga bagian utama payudara, yaitu:
1. Korpus (badan), yaitu yang membesar
2. Aerola, yaitu yang kehitaman di tengah
3. Papilla atau putting, yaitu yang menonjol di puncak payudara
Kulit puting susu berpigmen banyak dan tidak berambut. Papilla dermis mengandung banyak kelenjar sebasea. Ada empat macam bentuk puting, yaitu bentuk yang normal/umum, pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted). Namun bentuk-bentuk putting ini tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa putting susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “dot” ke dalam mulut bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi dimana putting tidak lentur, terutama pada bentuk puting terbenam, sehingga butuh penanganan khusus.
Puting payudara dikelilingi oleh areola, suatu daerah berpigmen yang ukurannya bervariasi, yang bertambah gelap saat hamil serta kaya akan pasokan pembuluh darah dan serat saraf sensorik.
Disekitar puting payudara terdapat tuberkel Montgomeri, kelenjar sebasea yang mengalami hipertrofi dan menjadi menonjol saat hamil, menghasilkan pelumas dan memberi perlindungan. Pemakaian sabun dalam jumlah besar dapat meningkatkan risiko kerusakan puting payudara, terutama kekeringan dan retak. Kepekaan puting payudara dan daerah di sekitarnya sangat meningakt segera setelah persalinan. Persiapan menyebabkan influks implus saraf aferen ke hipotalamus yang mengontrol laktasi dan perilaku ibu.
Dalam korpus mamae terdapat alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Beberapa alveolus mengelompok membentuk lobules (kelenjar sekresi) kemudian beberapa lobulus berkumpul menjadi 15-20 buah lobulus pada tiap payudara.
Dari alveolus, ASI disalurkan ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus). Di bawah areola saluran besar melebar disebut Sinus Laktiferus. Akhirnya, semua memusat ke dalam putting bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi memompa ASI keluar.
Puting payudara dikelilingi oleh areola, suatu daerah berpigmen yang ukurannya bervariasi, yang bertambah gelap saat hamil serta kaya akan pasokan pembuluh darah dan serat saraf sensorik.
Disekitar puting payudara terdapat tuberkel Montgomeri, kelenjar sebasea yang mengalami hipertrofi dan menjadi menonjol saat hamil, menghasilkan pelumas dan memberi perlindungan. Pemakaian sabun dalam jumlah besar dapat meningkatkan risiko kerusakan puting payudara, terutama kekeringan dan retak. Kepekaan puting payudara dan daerah di sekitarnya sangat meningakt segera setelah persalinan. Persiapan menyebabkan influks implus saraf aferen ke hipotalamus yang mengontrol laktasi dan perilaku ibu.
Dalam korpus mamae terdapat alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Beberapa alveolus mengelompok membentuk lobules (kelenjar sekresi) kemudian beberapa lobulus berkumpul menjadi 15-20 buah lobulus pada tiap payudara.
Dari alveolus, ASI disalurkan ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus). Di bawah areola saluran besar melebar disebut Sinus Laktiferus. Akhirnya, semua memusat ke dalam putting bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi memompa ASI keluar.
Pada retro areolar ini, duktus yang berdilatasi itu menjadi lembut, kecuali selama masa menyusui, ia akan mengalami distensi. Masing-masing duktus ini tak berisi, dan mempunyai satu bukaan ke arah puting (duktus eksretorius). Tiap lobus dibagi menjadi 50-75 lobulus, yang bermuara ke dalam suatu duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus aksretorius lobus itu. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang merupakan tonjolan jaringan payudara yang bersatu dengan lapisan luar fasia superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokong dan memberi rangka untuk payudara.
Payudara mendapat perdarahan dari :
1. Cabang-cabang perforantes a.mammaria interna. Cabang-cabang I, II, III, dan IV dari a. mammaria interna menembus dinding dada dekat pinggir sternum pada interkostal yang sesui, menembus m.pektoralis mayor dan memberi pendarahan tepi medial glandula mamma.
2. Rami pektoralis a. thorako-akromialis Arteri ini berjalan turun diantara m. pektoralis minor dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh utama m. pektoralis mayor, arteri ini akan mendarahi glandula mamma bagian dalam (deep surface).
3. A. thorakalis lateralis (a. mammaria eksterna) Pembuluh darah ini jalan turun menyusuri tepi lateral m. pektoralis mayor untuk mendarahi bagian lateral payudara.
4. A. thorako-dorsalis Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a. subskapularis. Arteri ini mendarahi m. latissimus dorsi dan m. serratus magnus. walaupun arteri ini tidak memberikan pendarahan pada glandula mamma, tetapi sangat penting artinya. Karena pada tindakan radikal mastektomi, perdarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol, sehingga daerah ini dinamakan ”the bloody angel”.
5. Vena
Pada daerah payudara, terdapat tiga grup vena :
a. Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna Vena ini merupakan vena terbesar yang mengalirkan darah dari payudara. Vena ini bermuara pada v. mammaria interna yang kemudian bermuara pada v. innominata.
b. Cabang-cabang v. aksillaris yang terdiri dari v. thorako-akromialis, v. thorakalis lateralis dan v. thorako-dorsalis.
c. Vena-vena kecil yang bermuara pada v. interkostalis. Vena interkostalis bermuara pada v. vertebralis, kemudian bermuara pada v. azygos (melalui vena-vena ini metastase dapat langsung terjadi di paru)
Payudara mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang. 5 Perubahan ketiga terjadi pada waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel ductus lobul dan ductus alveolus berploliferasi, dan tumbuh ductus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu (trigger) laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui ductus ke puting susu.
1.2 Fungsi payudara
1. Menyusui
Memberikan nutrisi dalam bentuk air susu bagi bayi atau balita.
2. Peranan seksual
Memegang peranan penting dalam daya tarik seksual pada partnernya,dan kesenangan individual.
Berikut ini adalah Tahap-tahap perkembangan payudara
Tahap-tahap perkembangan payudara wanita
Tahap 1 : Anak
Pada anak perempuan payudara masih bener-bener datar dan hanya tonjolan puting saja. Keadaan ini sama dengan ke adaan payudara anak laki-laki
Tahap 2 : Payudara Mulai Terbentuk
Tahap ini biasanya terjadi pada anak berumur 7 tahun sampai dengan 14 tahun dimana puting lebih menonjol dan payudara mulai terbentuk dan berukuran kecil. Pada tahap ini biasanya akan timbul sedikit rasa sakit didada tetapi ini dianggap normal
Tahap 3 : Payudara Mulai Tumbuh
Pada tahap ini payudara mulai membengkak dan lingkaran di sebelah puting yang akan melebar dan berwarna sedikit lebih gelap sedangkan puting berlahan-lahan akan membesar. Pada tahap ini biasanya terjadi sekitar 2-24 bulan. biasanya pada tahap ini seorang perempuan mulai menggunakan mini set atau Bra berukuran kecil. biasanya tahap ini terjadi di usia 11 sampai 13 tahun
Tahap 4 : Puting dan Payudara Mulai Menonjol
Pada tahap ini payudara mulai terbentuk dan menjadi semakin besar. Pada tahap ini lah biasanya akan timbul rasa pegal dan garis-garis merah di sekitar payudara. Pada tahap ini membeli Bra atau BH yang tepat sangat dianjurkan karena jika kita salah dalam penanganan bentuk payudara akan menjadi kendur karena dalam fase ini payudara sedang mengalami pembentukan menjadi dewasa
Tahap 5 : Dewasa
Bentuk inilah adalah bentuk akhir dari fase perkembangan payudara. Payudara menjadi matang dan berukuran maksimal. Ukuran tersebut yang nantinya akan di bawa untuk seumur hidupnya. Unuk mengoptimalkan ukuran payudara sehingga menjadi lebih indah setelah fase dewasa tersebut diperlukan perawatan khusus yang pastinya lebih sulit karena pada fase ini payudara sudah tidak berkembang lagi.
1.3. LAKTASI
A. Proses Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai 2 pengertian yaitu produksi dan pengeluaran ASI. Keduanya harus sama baiknya. Pada saat hamil payudara membesar karena pengaruh berbagai hormon, antara lain estrogen, progesteron, HPL, dan prolaktin. Hormon lain yang berfungsi memperlancar pembentukkan ASI (sintesa protein) adalah insulin, kortikosteroid, tiroksin, dan lain-lain.
Di dalam bagan payudara terdapat bangun yang disebut alveolus, yang merupakan tempat dimana air susu diproduksi. Dari alveolus ini ASI disalurkan ke dalam saluran kecil (duktulus), dimana beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus). Di bawah areola, saluran yang besar ini mengalami pelebaran yang disebut sinus. Akhirnya semua saluran yang besar ini mengalami pelebaran yang disebut sinus. Akhirnya semua saluran yang besar ini memusat ke dalam putting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran, terdapat otot yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
B. Kelenjar Mamae
Pada wanita kelenjar mamae mulai berkembang pada permulaan masa pubertas (adolesens), pada umur 11-12 tahun. Kelenjar mamae tumbuh menjadi besar sebelah lateral linea aksilaris anterior/medial ruang interkostalis III dan sebelah kaudal ruang interkostalis VII-VIII.
Kelenjar mamae terdapat di atas bagian luar fasia torakalis superfisialis di daerah jarigan lemak subkutis :
1. Ke arah lateral sampai ke linea aksilaris media.
2. Melewati linea media mencapai kelenjar mamae sisi yang lain.
3. Ke arah bawah mencapai daerah aksila (lipatan ketiak).
Kelenjar mamae menyebar di sekitar areola mamae, mempunyai lobus antara 15-20. Tiap lobus berbentuk piramid dengan puncak mengarah ke areola mamae. Masing-masing lobus dibatasi oleh septum yang terdiri dari jaringan fibrosa yang padat. Serat jaringan ikat fibrosa terbentang dari kulit ke fasia pektoralis yang menyebar di antara jaringan kelenjar.
Tiap lobus kelenjar mamae mempunyai saluran keluar yang disebut duktus laktiferus yang bermuara ke papila mamae. Pada daerah areola mamae duktus laktiferus melebar, disebut sunus laktiferus. Di daerah terminalis lumen sinus ini mengecil dan bercabang-cabang ke alveoli. Ruangan di antara jaringan kelenjar dan jaringan fibrosa diisi oleh jaringan lemak yang membentuk postur dari mamae sehingga permukaan mamae terlihat rata. Kelenjar-kelenjar mamae dapat di pisahkan dengan mudah dari fasia dan kedudukan mamae mudah bergeser.
Pembuluh darah mamae berasal dari arteri mamaria internal dan arteri torakalis, lateralis, dan vena superfisialis. Mamae mempunyai banyak anastomosis yang bermuara ke vena mamaria interna dan vena torakalis interna/epigastrika, sebagaian besar bermuara ke vena torakalis lateralis. Pembuluh limfe mamae meliputi :
1. Aliran limfe superfisialis 75% mengalir ke saluran torakalis, lateralis, berjalan bersama arteri dan vena di tepi lateral muskulus pektoralis mayor dan bermuara di nn. XI aksilaris dan nervus supraklavikularis.
2. Aliran limfe profunda mengalir ke dinding torak menembus musculus. Pektoralis mayor bermuara ke nn. XI pektoralis sepanjang arteri dan vena mamaria interna.
3. Bagian medial aliran limfe subkutan berhububungan antara kedua mamae bermuara ke nn. XI supraklavikularis.
A. Fisiologi Laktasi
Laktasi di pengaruhi oleh kerja hormon :
1.Produksi air susu (prolaktin). Dalam fisiologi laktasi prolaktin merupakan suatu hormon yang di sekresi oleh grandula pituitaria anterior, yang penting untuk memproduksi air susu ibu (ASI). Kadar hormon ini di dalam sirkulasi maternal meningkat selama kehamilan. Kerja hormon ini di hambat oleh plasenta. Dengan lepasnya plasenta pada proses persalinan maka kadar estrogen dan progesteron berangsur-angsur turun sampai pada tingkat terendah. Diaktifkannya prolaktin akan menaikan pasukan darah yang beredar lewat payudara. Ini dapat menyekresi bahan penting untuk pembentukan air susu, globulin, lemak dan molekul-molekul protein yang akan membengkakan acini dan mendorong menuju kubuli laktiferus.
2. Pengeluaran air susu (oksitosin). Dua hormon yang terlibat dalam mengalirkan air susu dari sel-sel sekretorik ke papilamamae.
a. Tekanan dari belakang : tekanan globuli yang baru terbentuk di dalam sel akan mendorong globuli tersebut ke dalam tubuli laktiferus dan isapan bayi akan memacu sekresi air susu lebih banyak.
b. Refleks neuro hormonal : gerakan menhisap bayi akan menghasilkan rangsangan syaraf yang terdapat di dalam glandula pituitari posterior. Akibat langsung dari refleksi ini adalah di keluarkannya oksitosin dari hipofisis posterior. Disekitar alveoli akan berkontraksi mendorong air susu masuk ke dalam fasalaktifer. Dengan demikian lebih banyak air susu mengalir ke dalam ampula. Refleks ini dapat di hambat dengan adanya rasa sakit, misanya jaitan pada perineum. Sekresi oksitosin juga akan menyebabkan otot uterus berkontraksi dan membantu infolusi uterus selama puerperium (Nifas).
skema reflek pada laktasi :
a. Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu.
b.Refleks Aliran (Let Down Reflek)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress seperti keadaan bingung, cemas, pikiran kacau, dan takut.
Mekanisne hisapan bayi
Bayi yang sehat mempunyai 3 refleksi intrinsik, yang diperlukan untuk berhasilnya menyusui seperti:
a.Refleksi mencari (Rooting reflex)
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau derah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian puting susu ditarik masuk ke dalam mulut.
b. Refleks mengisap (Sucking reflex)
Tehnik menyusui yang baik adalah apabila kalang payudara sedapat mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk itu maka sudah cukup bila rahang bayi supaya menekan sinus laktiferus yang terletak di puncak kalang payudara di belakang puting susu. Tidak dibenarkan bila rahang bayi hanya menekan puting susu saja, karena bayi hanya dapat mengisap susu sedikit dan pihak ibu akan timbul lecet-lecet pada puting susunya.
Puting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan bantuan lidah, di mana lidah dijulurkan di atas gusi bawah puting susu ditarik lebih jauh sampai pada orofaring dan rahang menekan kalang payudara di belakang puting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit-langit keras (palatum durum). Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu akan mengalir ke puting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting susu pada langit-langit yang mengakibatkan air susu keluar dari puting susu. Cara yang dilakukan oleh bayi ini tidak akan menimbulkan cedera pada puting susu.
c. Refleks menelan (Swallowing reflex)
Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan gerakan mengisap (tekanan negatif) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung. Keadaan akan terjadi berbeda bila bayi diberisusu botol di mana rahang mempunyai peranan sedikit di dalam menelan dot botol, sebab susu dengan mudah mengalir dari lubang dot. Dengan adanya gaya berat, yang disebabkan oleh posisi botol yang dipegang ke arah bawah dan selanjutnya dengan adanya isapan pipi (tekanan negatif) kesemuanya ini akan membantu aliran susu, sehingga tenaga yang diperlukan oleh bayi untuk mengisap susu menjadi minimal. Kebanyakan bayi-bayi yang masih baru belajar menyusui pada ibunya, kemudain dicoba dengan susu botol secara bergantian, maka bayi tersebutkan menjadi bingung puting (nipple confusion). Sehingga sering bayi menyusu pada ibunya, caranya menyusui seperti mengisap dot botol, keadaan ini berakibat kurang baik dalam pengeluaran air susu ibu. Oleh karena itu kalau terpaksa bayi tidak bisa langsung disusui oleh ibunya pada awal-awal kehidupan, sebaiknya bayi diberi minum melalui sendok, cangkir atau pipet, sehingga bayi tidak mengalami bingung putting.
d. Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis
B. Manfaat Pemberian ASI
Memberikan ASI sangatlah penting dilakukan oleh seorang ibu minimal hingga bayinya berusia 6 bulan. Berikut merupakan manfaat pemberian ASI menurut Kristiyansari (2009):
1.Manfaat ASI bagi bayi
a) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik. Bayi yang mendapat ASI memiliki kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas.
b) Mengandung antibodi. Apabila ibu mengalami infeksi, maka tubuh ibu akan membentuk antibodi dan disalurkan dengan bantuan jaringan limfosit. Antibodi di payudara disebut Mammae Associated Immunocompetent Lymphoid Tissue (MALT).
c) ASI mengandung komposisi yang tepat. ASI terdiri dari proporsi seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.
d) Mengurangi karies dentis.
e) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi. Hubungan fisik ibu dan bayi, kontak kulit ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun sosial yang baik.
f) Terhindar dari alergi. Pada bayi baru lahir, sistem IgE belum sempurna, pemberian protein asing yang ditunda sampai usia 6 bulan mengurangi resiko alergi.
g) Meningkatkan kecerdasan bayi. Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak.
h) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara.
2. Manfaat ASI bagi ibu
a) Aspek kontrasepsi
Hisapan mulut bayi pada putting merangsang ujung syaraf sensorik sehingga post anterior hipofisis mengeluarkan prolaktin, yang akan masuk ke indung telur, menekan produksi estergen sehingga tidak terjadi ovulasi. Pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama dengan metode ASI eksklusif dan belum menstruasi.
b) Aspek keselamatan ibu
Isapan bayi merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis, yang membantu involusi uterus dan mencegah pendarahan post partum. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan post partum mengurangi resiko anemia defisiensi besi.
c) Aspek penurunan berat badan
Dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak sehingga timbunan lemak akan terpaki.
d) Aspek psikologis
Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
3. Manfaat ASI bagi keluarga
a. Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, dan bayi yang mendapat ASI cenderung lebih sehat sehingga mengurangi biaya berobat jika sakit.
b. Aspek psikologi
Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang sehingga suasana kejiwaan keluarga terpenuhi.
c. Aspek kemudahan
ASI dapat diberikan di mana saja, kapan saja. Tidak memerlukan perwatan dot dan sebagainya.
4. Manfaat ASI bagi negara
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan sebagainya.
b. Menghemat devisa negara
Jika semua ibu menyusui, diperkiraka dapat menghemat devisa sebesar 8,6 milyar yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula.
c.Menurangi subsidi untuk rumah sakit
Rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi mengurangi komplikasi nosokomial serta mengurangi biaya perawatan anak sakit.
d. Peningkatan kualitas generasi penerus
Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
- Jenis-Jenis ASI
- Kolostrum
Merupakan cairan berwarna kuning keemasan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah ibu melahirkan yang keluar antara 2-4 hari.
2. Transitional Milk (ASI Peralihan)
Merupakan air susu ibu yang dihasilkan setelah keluarnya kolostrum. Air susu peralihan ini keluar antara 8-20 hari, dimana kadar lemak, laktosa, dan vitamin larut dalam air lebih tinggi, kadar protein, mineral lebih rendah, serta mengandung lebih banyak kalori daripada kolostrum.
3. Matur Milk (ASI Matang)
Merupakan air susu ibu yang dihasilkan setelah sekitar 21 hari melahirkan dengan volume bervariasi anatar kurang lebih 300-850 ml/ hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi.
1. Kandungan dan manfaat ASI
KANDUNGAN
|
MANFAAT
|
Kaya antibodi
|
Perlindungan terhadap infeksi dan alergi
|
Banyak sel darah putih
|
Perlindunga terhadap infeksi
|
Pencahar
|
Membersihkan usus bayi dari mekonium sebagai pencegah terjadinya ikterus
|
Faktor pertumbuhan
|
Membantu kematanga usus, mencegah alergi, intolerance
|
Kaya vitamin A
|
Mengurangi keparahan infeksi mencegah kerusakan mata
|
1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laktasi
1. Faktor Pengetahuan
Faktor pengetahuan ibu maupun keluarga sangat mendukung proses pemberian air susu ibu. Banyak keluhan ibu menyusui bahwa anaknya tidak sabaran, air susunya tidak keluar, anaknya tidak mau menyusu dan lain sebagainya. Sebenarnya apa yang dikeluhkan ibu menyusui itu dapat dicegah.
2. Rasa Percaya Diri
Faktor psikologis ibu dalam proses menyusui sangat besar pengaruhnya, karena stress dapat menyebabkan produksi air susu ibu berkurang. Pada ibu menyusui yang malu bahwa menyusui itu dapat menyebabkan bentuk payudaranya tidak menarik lagi, sangat dapat mempengaruhi reproduksi air susu ibu. Maka dari itu ibu harus percaya diri bahwa dirinya mampu memberikan air susu nya secara maksimal.
3. Santai
Kondisi ibu yang rileks biasanya ibu hanya akan memikirkan bayinya dan otaknya akan memerintahkan untuk memproduksi air susu sebanyak-banyaknya.
.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit dan di atas otot dada, tepatnya pada hemithoraks kanan dan kiri
Ada tiga bagian utama payudara, yaitu:
1. Korpus (badan), yaitu yang membesar
2. Aerola, yaitu yang kehitaman di tengah
3. Papilla atau putting, yaitu yang menonjol di puncak payudara
Pada wanita kelenjar mamae mulai berkembang pada permulaan masa pubertas (adolesens), pada umur 11-12 tahun. Kelenjar mamae tumbuh menjadi besar sebelah lateral linea aksilaris anterior/medial ruang interkostalis III dan sebelah kaudal ruang interkostalis VII-VIII.
Kelenjar mamae terdapat di atas bagian luar fasia torakalis superfisialis di daerah jarigan lemak subkutis :
1) Ke arah lateral sampai ke linea aksilaris media.
2) Melewati linea media mencapai kelenjar mamae sisi yang lain.
3) Ke arah bawah mencapai daerah aksila (lipatan ketiak).
Laktasi atau menyusui mempunyai 2 pengertian yaitu produksi dan pengeluaran ASI. Keduanya harus sama baiknya. Pada saat hamil payudara membesar karena pengaruh berbagai hormon, antara lain estrogen, progesteron, HPL, dan prolaktin. Dan banyak manfaat ASI bagi bayi, ibu, keluarga dan negara.
SARAN
Bagi ibu menyusui perawatan puting susu merupakan hal yang sangat penting sehingga harus dibersihkan. Sebagai seorang wanita harus menjaga organ refroduksi terutama payudara agar dapat terhindar dari penyakit yang menyerang payudara. Selain itu dengan merawat payudara kitaterutama pada seorang Ibu maka zat gizi yang di perlukan bayinya akan terpenuhi dengan baik, sehingga pertumbuhan bayi dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Maryunani, A. 2010. Biologi Reproduksi dalam Kebidanan. Jakarta : CV Trans Info Media
Evulanda, Ayu F. 2011. Biologi Reproduksi. Jakarta : Salemba Medika.
Syarifuddin, H. 2016.Anatomi Fisiologi : Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keperawatan & Kebidanan, Ed. 4. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar