MAKALAH “GANGGUAN PSIKOLOGI PADA MASA NIFAS”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PISIKOLOGI

Oleh :
Kelompok : 4 (Empat)
Kebidanan A.14.2
Putu Dewi Maharani Wiantara 17150053
Irnawati 17150061
Fenik.Lawalata 17150052
Wijianti 17150064
Maret sisca 17150070
Maria .Y.T. Ndiken 17150040
PROGRAM STUDI D-3 KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI
YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN
20017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Yogyakarta, 03 April 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar.................................................................................................................................2
Daftar isi...........................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang............................................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah......................................................................................................................4
1.3 Tujuan penulisan........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAAN
2.1 Pengertian masa nifas................................................................................................................5
2.2 adaptasi psikologi pada masa nifas...........................................................................................6
2.3 Gangguan psikologi pada masa nifas.........................................................................................7
2.4 Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas...............................................................9
2.5 Kasus Gangguan Psikologis Masa Nifas.................................................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................12
3.2 Saran........................................................................................................................................13
3.3 Daftar Pustaka..........................................................................................................................14
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Masa nifas akan menyebabkan terjadinya perubahan - perubahan pada organ reproduksi. Begitupun halnya dengan kondisi kejiwaan ( psikologis ibu, juga mengalami perubahan. Dari yang semula belum memiliki anak, kemudian lahirlah seorang bayi mungil nan lucu yang kini mendampingi ibu. Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan ibu harus mampu melewati masa transisi. Secara psikologi, seorang ibu akan mengalami akan mengalami gejala - gejala psikiatrik setelah melahirkan. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh oleh seorang wanita dalam dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada beberapa minggu atau bulan pertama setelah melahirkan baik dari segi fisik maupun fisik.
Adapun rumusan masalah yang didapat yaitu :
1. Apa definisi dari Masa Nifas?
2. Apa saja perubahan yang dialami Ibu Nifas?
3. Gangguan apa saja yang terjadi pada ibu nifas?
4. Apa peran bidan terhadap ibu nifas ?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi dari Masa Nifas
2. Untuk mengetahui apa saja perubahan yang terjadi pada Ibu Nifas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN MASA NIFAS
Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6-40 hari. Lamanya masa nifas ini yaitu ± 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281)
Post Partum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil membutuhkan waktu sekitar 6 minggu ( Farrer. 2001 ). Post Partum dibagi menjadi 3 periode yaitu : Puerpureum dini, intermedial Puerpureum dan remote puerpureum (Mochtar 1998). Pada ibu Post Partum mengalami perubahan-perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis. Perubahan yang terjadi pada adaptasi fisiologis, ibu mengalami perubahan sistem reproduksi dimana ibu mengalami proses involusio uteri, laktasi dan perubahan hormonal. sedangkan perubahan pada adaptasi psikologis adanya rasa ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan, dan hal ini akan berdampak kepada ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap faktor-faktor yang mana dalam keadaan normal mampu diatasinya.
Perubahan yang mendadak pada ibu post partum penyebab utamanya adalah kekecewaan emosional, rasa sakit pada masa nifas awal, kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya, rasa takut tidak menarik lagi bagi suaminya, terutama emosi selama minggu pertama menjadi labil dan perubahan suasana hatinya dalam 3 - 4 hari pertama, masa ini sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh begitu banyak faktor, maka penekanan utama adalah pendekatan keperawatan dengan memberikan bantuan, simpati dan dorongan semangat.
Periode Post Partum menurut Rubin, 1961 (Bobak,2005) dibagi menjadi tiga fase penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orang tua, yang mana fase-fase penyesuaian tersebut Taking In Phase, Taking Hold Phase dan Letting Go Phase. Taking in phase dimana perilaku ibu cenderung mengharapkan keinginannya terpenuhi oleh orang lain, perhatian ibu terpusat pada diri sendiri, pemenuhan kebutuhan diutamakan untuk istirahat dan makan, mengenang pengalaman melahirkan, berperilaku pasif dan bergantung pada orang lain. Diantara ketiga fase tersebut salah satu fase yang timbul dominan terjadi gangguan Post Partum Blues pada Taking In Phase yaitu hari pertama sampai hari kedua Post Partum karena pada fase ini akumulasi harapan yang tidak terpenuhi saat ibu dituntut untuk memenuhi kebutuhan bayinya, perhatian ibu lebih tertuju pada diri sendiri, tergantung pada perhatian dan bantuan orang lain. Hal yang utama hanya memperhatikan terhadap kesehatan dan kesejahteraan dirinya bukan pada bayinya. Perilaku ibu mungkin bergantung dan pasif dan ibu siap menerima bantuan dari orang lain, dalam memenuhi kebutuha fisiologis dan psikologisnya. Pada fase ini cenderung menimbulkan depresi ringan, namun bila depresi ini berkelanjutan,maka akan menimbulkan gangguan jiwa yang mengarah pada patologis.
2.2 ADAPTASI PSIKOLOGI PADA MASA NIFAS
1. Taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi. Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:
a. Kekecewaan pada bayinya
b. Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
c. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
2. Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan antara lain: mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.
3. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.
Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut:
1. Fisik.Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih
2. Psikologi.Dukungan dari keluarga sangat diperlukan
3. Sosial.Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan menemani saat ibu merasa kesepian
2.3 GANGGUAN PSIKOLOGI PADA MASA NIFAS
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung 30 hari. Depresi post partum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Depresi post partum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan , mudah marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido. Tingkat keparahan depresi post partum bevariasi. Keadaan ekstrim yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami kesedihan sementara yang berlangsung sangat cepat pada masa awal post partum, yang disebut dengan “ baby blues/ maternity blues”. Gangguan post partum yang paling berat disebut “psikosis/psikosa post partum atau melankolia”. Diantara dua keadaan ekstrim tersebut terdapat keadaan yang mempunyai tingkat keparahan sedang yaitu “depressi post partum/neurosa post partum” . (Regina , 2011)
A. BABY BLUES
Post partum blues merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan kecemasan,labilitas persaan dan depresi pada ibu .
Diperkirakan hampir 50-70% seluruh wanita pasca melahirkan akan mengalami baby blues atau post natal syndrome yang terjadi pada hari ke-4 -10 pasca persalinan. Adapun gejalanya yaitu Reaksi depressi / sedih/ disporia. Sering menangis ,mudah tersinggung,cemas,labilitas perasaan,cenderung menyalahkan diri sendiri,gangguan tidur dan gangguan nafsu makan,kelelahan,mudah sedih,cepat marah,mood mudah berubah,cepat menjadi sedih dan cepat menjadi gembira. Perasaan terjebak,marah kepada pasangan dan bayinya,perasaan bersalah,dan sangat pelupa.
B. DEPRESI POST PARTUM
Depresi post partum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan mungkin seorang ibu baru akan merasa benar-benar tidak berdya dan merasa serba kurang mampu,tertindih oleh beban terhadap tangung jawab terhadap bayi dan keluarganya,tidak bisa melakukan apapuan untuk menghilangakan perasaan itu.Depresi post partum dapat berlangsung selama 3 bulan atau lebih dan berkembang menjadi depresi lain lebih berat atau lebih ringan.Gejalanya sama saja tetapi di samping itu,ibu mungkin terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan kemampuanya sebagai seorang ibu.
Jadi pada dasarnya depresi menyerang siapa aja,tetapi terutama orang-orang usia tengan baya (usia 35-50 tahun) .Misalnya gagalnya mencapai sasaran-sasaran yang telah di rencanakan anak-anak mulai meningalkan rumah dan lain-lain,semua ini bisa menyebabkan depresi.Menurut catatan psikiater orang-prang yang menikah lebih banyak mengalami depresi dari pada yang yang tidak menikah.Para ahli mengatakan hal ini di sebabkan oleh konflik-konflik interpersonal yang timbul dalam relasi yang dekat didalam perkawinan.
C. PSIKOSA POST PARTUM
Psikosa pospartum Merupakan gangguan jiwa yang berat yang ditandai dengan waham, halusinasi dan kehilangan rasa kenyataan ( sense of reality ) yang terjadi kira-kira 3-4 minggu pasca persalinan. Merupakan gangguan jiwa yang serius, yang timbul akibat penyebab organic maupun emosional ( fungsional ) dan menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan tindakan sesuai kenyataan itu, sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu.
2.4 PERAN DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DALAM MASA NIFAS
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain:
A. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas
B. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
C. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
D. Membuat kebijakan perencanaan program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi
E. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
F. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman
G. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
H. Memberikan asuhan kebidanan secara profession
2.5 Kasus Gangguan Psikologis Masa Nifas
Disuatu daerah terdapat seorang ibu hamil dengan usia kehamilannya 35+6 hari, sebut saja ibu ini adalah ibu Risa, ibu Risa ini adalah seorang dokter sukses. Dia memiliki keluarga yang mendukung, ekonomi dalam rumah tangganya pun mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Ibu Risa ingin memiliki anak dan memulai kehidupan barunya sebagai seorang ibu. Pada usia kehamilan 36+3hari ibu Risa pun melahirkan seorang anak dengan keadaan tidak normal, yaitu cacat Down Syndrom yang baru diketahui setelah melahirkan.
Akan tetapi ibunya ibu Risa menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan putrinya. Ibu Risa, seperti tidak mau menerima keberadaan bayinya. Ibu Risa meyakinkan dirinya bahwa bayinya seharusnya lahir dengan keadaan atau kondisi yang normal karena dia adalah seorang tenaga kesehatan yang seharusnya tahu bagaimana cara merawat kehamilannya.
Ibu Risa mengalami masalah psikis atau mental yaitu tekanan yang mendalam pada kenyataannya bahwa dia adalah seorang dokter yang lalai menerapkan ilmu kesehatan. Ibu Risa sangat depresi, malu, dan tidak percaya diri lagi karena pernyataan orang-orang disekitarnya yang menganggap dia adalah seorang dokter yang tidak professional. Risa masih tidak dapat menerima kondisi anaknya. Ketika anaknya berumur satu bulan, depresi Ibu Risa menjadi begitu parah sehingga ia berhenti makan dan minum dan tidak bisa lagi menelan.
Dia mulai memiliki pikiran paranoid tentang orang lain - dia berpikir bahwa tetangganya di seberang jalan semua membicarakannya karena mereka pikir dia adalah ibu yang buruk. Dia menjadi kurus dan merasa ingin berhenti dari pekerjaannya sebagai seorang dokter. Lalu, ia mulai mencari cara untuk mengakhiri hidupnya. Ibu Risa dirawat di rumah sakit tiga kali dalam tujuh minggu. Dia diberi empat kombinasi anti-psikotik, anti-kecemasan, dan obat anti-depresan. Namun keluarganya sudah dapat menerima kondisi anak Ibu Risa, walaupun Ibu Risa sebagai ibunya sendiri belum dapat menerima kondisi anaknya.
Pemecahan masalahnya :
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenali dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Anak yang mengalam sindrom down umumnya mengalami kelemahan otot, mulut yang terbuka, lidah yang terjulur, ukuran telinga yang abnormal, gangguan pendengaran, mengalami gangguan penglihatan, dan sebagainya.
Intervensi dini yang kita lakukan adalah jika anak tersebut misalnya: mengalami gangguan pendengaran, dapat melakukan pemeriksaan telinga sejak awal kehidupan dilakukan test pendengaran secara berkala, atau jika anak mengalami kelainan mata dapat dilakukan pemeriksaan yang rutin ke dokter mata. Memberikan lingkungan yang baik bagi anak, memberikan aktivitas motorik kasar dan halus dengan bermain dengan teman sebayanya, dan peran orang tua sangat dibutuhkan.
Dari kasus ini, ibu Risa harus diberi banyak dukungan dan pengertian dari orang-orang terdekatnya seperti suami, keluarga, maupun orang-orang disekitarnya, bahwa kelalaian adalah manusiawi. Sebagai sesama tenaga kesehatan kita sebagai bidan harus saling menguatkan dengan memberi penyuluhan tentang penyakit-penyakit yang dapat terjadi di saat masa kehamilan sampai masa nifas, memberi tahu disekitar lingkungan masyarakat ibu Risa tentang sebenarnya down sindrom itu sendiri tidak diketahui selama kehamilan, maka sepenuhnya hal ini tidak harus menjadi beban psikis bagi ibu, karena memang bukan kesalahannya.. Untuk menumbuhkan rasa percaya diri dokte Risa, kita bisa membantu dia dengan memberikan konseling dan membantu memantau perkembangan anaknya dan tentunya memberi semangat pada dokter Risa untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai dokter tanpa terus-terusan menyalahkan diri sendiri.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses adapatasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan,menjelang proses kehamilan maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah
Gangguan psikologi post partum diantaranya depresi post parum, post partum blues, dan post partum psikosa.
Post Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan.
Depresi post partum adalah tekanan jiwa sesudah melahirkan mungkin seorang ibu bru akan merasa benar-benar tidak berdya dan merasa serba kurang mampu,tertindih oleh beban terhadap tangung jawab terhadap bayi dan keluarganya,tidak bisa melakukan apapuan untuk menghilangakan perasaan itu.Depresi post partum dapat berlangsung selama 3 bulan atau lebih dan berkembang menjadi depresi lain lebih berat atau lebih ringan.Gejalanya sama saja tetapi di samping itu,ibu mungkin terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan kemampuanya sebagai seorang ibu.
Psikosa pospartum Merupakan gangguan jiwa yang berat yang ditandai dengan waham, halusinasi dan kehilangan rasa kenyataan ( sense of reality ) yang terjadi kira-kira 3-4 minggu pasca persalinan. Merupakan gangguan jiwa yang serius, yang timbul akibat penyebab organic maupun emosional ( fungsional ) dan menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan tindakan sesuai kenyataan itu, sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu.
3.2 Saran
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan pelayanan kebidanan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bagi Petugas – petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang kebidanan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalaM menangani gangguan – gangguan psikologis pada ibu dalam masa nifas
3.3 Daftar Pustaka
Ambarwati, E.R., dan D. Wulandari. 2010.Asuhan Kebidanan Nifas. Cetakan Keempat. Mitra Cendikia Press. Yogyakarta.
Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Cetakan Pertama. Pustaka Rihama.Yogyakarta.
Arfian, S. 2012. Baby Blues. Mengenali Penyebab, Mengenali Gejala, Dan Mengantisipasinya. Solo: Metagraf
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Salemba medika. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar